Lihat ke Halaman Asli

Siti Swandari

Penulis lepas

Darah Biru yang Terluka (60)

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14245037031203751898

[caption id="attachment_370030" align="aligncenter" width="320" caption="Sumber Gambar: smart-actives.blogspot.com"][/caption]

Bagian ke Enam Puluh :  DIMANA   SANG  PANGERAN ?

Nyai Gandhes berbicara dengan panglima Rahasta dan Andaga, kemudian
memacu kudanya dengan cepat diiringi Nini Sedah dan beberapa panglima.

Beliau juga mengajak aku dan Kuning ikut serta.

Panglima Rahasta dan Andaga ditugasi tinggal dengan pasukannya menjaga wilayah di sekitar tempat itu.

“Kita segera melihat keadaan panglima Maruta di istana, …sepertinya Maruta bertahan, dia kuat orangnya.” Beliau memandang lagi ke langit.

Aku dan puteri Kuning saling lirik dan langsung memacu kuda mengikuti Nyai Gandhes dan Nini Sdeah.

Setiba di istana kita semua berlarian ketempat perawatan, disana ada Aki Sedah dan kakang Narpati dan banyak penyembuh yang lain.

Paman Maruta duduk ditempat tidurnya, panah dipunggung sudah di cabut, dan luka di badannya sudah ditutup dengan ramuan daun dan rempah.

Dibadannya masih terdapat banyak bercak-bercak darah yang keluar dari luka-lukanya, terutama di bekas panah di punggungnya.

Panglima langsung bersembah melihat Nyai Gandhes dan Nini Sedah, dan beliau langsung bersembah padaku, aku membalasnya dengan kagum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline