Lihat ke Halaman Asli

Siti Nur Hofifah

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Filtrasi Air Irigasi untuk Memenuhi Kebutuhan Air Bersih Desa Kertamukti Kecamatan Cipatat

Diperbarui: 11 Agustus 2022   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto pemasangan filter air (Doumen Pribadi)

Bandung Barat (10/08/2022)- Pada tahun 2015, sebanyak 193 negara anggota PBB sepakat untuk menjadikan SDGs (Sustainable Development Goals) sebagai agenda pembangunan global selama 15 tahun (2016-2030). Dalam pelaksanaannya, agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia diimplementasikan pada program SDGs Desa. 

SDGs tersebut berprinsip universal, integrasi dan inklusif, untuk memastikan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal atau dikenal no one left behind

Dalam pengembangan Tridharma perguruan tinggi, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) turut berperan membantu terwujudnya SDGs desa melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN  UPI tahun ini dilaksanakan secara tematik mulai dari 11 Juli - 10 Agustus 2022 dengan mengangkat tema "Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDGs Desa".

Setiap kelompok KKN UPI mengusung satu point SDGs desa. Kelompok 82 dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Bapak Dr. Sahroni, M.Pd. mendapatkan tema Desa Tanpa Kemiskinan. Dalam tema tersebut salah satu indikator desa tanpa kemiskinan adalah akses layanan air bersih. 

Setelah dilakukan survey awal, Desa Kertamukti di Kecamatan Cipatat dijadikan sebagai tempat KKN kelompok 82 karena layak untuk mendapatkan program mengenai layanan air bersih dalam mencapai salah satu indikator tersebut.

Di Desa Kertamukti meskipun sebagian penduduknya telah mendapat akses layanan air bersih yang bersumber dari PAM, sumur pribadi, atau mata air yang dipipanisasi, masih terdapat kepala keluarga yang menggunakan air irigasi tanpa diolah terlebih dahulu dan langsung digunakan untuk mandi dan mencuci. Kondisi air irigasi tersebut berwarna kuning, keruh, bercampur dengan lumpur, serta dapat menyebabkan gatal-gatal. 

Sebagian masyarakat yang masih menggunakan air irigasi adalah masyarakat di RW 02. Awalnya di RW tersebut terdapat sumur bor yang dipompa dengan mesin diesel. Namun saat ini mesin tersebut telah rusak dan biaya untuk memperbaikinya cukup mahal, sehingga sebagian warga RW 02 terpaksa menggunakan air irigasi untuk keperluan rumah tangga. 

Berdasarkan tuturan Pak Alit selaku Ketua RW 02 menyatakan bahwa terdapat kurang lebih 50 kepala keluarga yang menggunakan air irigasi. 

Hal ini juga terjadi pada sebagian masyarakat di RW 06, meskipun masyarakatnya telah banyak yang menggunakan air PAM, tapi sebagian lain masih tidak mampu untuk memasang air PAM dikarenakan biaya yang cukup mahal. Contohnya adalah Pak Engkos yang juga menggunakan air irigasi untuk kebutuhan rumah tangga. 

Berdasarkan kondisi tersebut, dapat terlihat bahwa sebagian masyarakat Desa Kertamukti masih belum mendapatkan layanan air bersih yang baik. 

Oleh karena itu, untuk mewujudkan Desa Tanpa Kemiskinan dengan indikator terpenuhinya masyarakat miskin yang mendapat layanan air bersih, kelompok 82 mengusung program pembuatan filter air dan melakukan sosialisasi kepada warga agar dapat menerapkan cara pembuatan filter air dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline