Berbeda dengan kebanyakan orang yang mengejar keuntungan banyak saat menjalankan usaha. Mbah saat pemilik usaha keripik singkong begghe di Dusun Karang Kotong, Desa Sumbersari, Kabupaten Bondowoso tidak mengambil keuntungan banyak, karena mbah sa'at mengutamakan kepuasaan konsumen. Beliau menyadari bahwa konsumen keripik singkong begghe berasal dari warga desa sendiri, yang kebanyakan tidak mau membeli jika harga terlalu mahal.
Keripik singkong begghe yang dijual oleh mbah saat dibandrol dengan harga 500 rupiah perbungkus yang berukuran kecil. Keuntungan yang didapatkan pun tidak banyak. Oleh karena itu mahasiswi KKN 112 UM Jember yang terdiri dari Siti Kamilah, Novita Putri D, Safira Dwi A, dan Lutfiana berinovasi untuk mengubah kemasan dan strategi pemasaran dari keripik singkong begghe tersebut. Dengan harapan keuntungan yang akan diperoleh oleh mbah sa'at lebih meningkat. Mahasiswi KKN mengubah kemasan kecil seharga Rp.500 menjadi kemasan besar dengan harga Rp.2000.
Strategi pemasaran juga di lakukan dengan cara online dibantu dengan pemuda yang berada di Dusun Karang Kotong. Selain itu, mahasiswa KKN juga membantu membuatkan logo untuk keripik singkong begghe. Hal ini dapat membuat usaha yang dikelola oleh mbah saat menjadi lebih dikenal. Setelah mahasiswi membantu mengubah kemasan dan strategi pemasaran, keripik singkong begghe ludes 20 bungkus dalam sekejap tanpa mbah sa'at harus berjualan keliling.
Keuntungan yang di dapat lebih besar berkat kemasan dan strategi pemasaran yang dulakukan. Seperti yang di tuturkan oleh istri mbah sa'at " Terimakasih nak sudah membantu menjualkan kripik singkong, jadi tambah dikenal kripiknya."