Lihat ke Halaman Asli

Menjaga Kesehatan Mental pada Era Adaptasi Kebiasaan Baru

Diperbarui: 13 Agustus 2020   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster Era Adaptasi Kebiasaan Baru (Sumber Gambar : Siti Chairunisa)

Aktivitas yang biasanya kita lakukan sehari-hari kini tidak bisa kita lakukan seperti biasanya. Mengikuti peraturan protokol kesehatan pada era adaptasi kebiasaan baru ini pun sering membuat kita merasa cemas untuk melakukan aktivitas di luar, mengingat masih banyaknya persebaran Covid-19 di Indonesia. 

Mungkin bagi beberapa orang, hal seperti ini ditanggapi dengan biasa saja. Tetapi tidak untuk beberapa orang, hal ini justru dapat menyebabkan masalah mental, kecemasan, hingga berujung depresi. Kesehatan mental di masa Pandemi Covid-19 sangat penting untuk diperhatikan karena mengingat banyaknya kegiatan-kegiatan kita yang terhambat dan berdampak pada kesehatan mental pribadi. 

Kesehatan mental dalam kondisi pandemi Covid-19 perlu penanganan tersendiri, karena hal ini telah mengubah beberapa aspek kehidupan termasuk social distancing, karantina dan isolasi mandiri, beraktivitas di rumah saja, panic buying, hingga perubahan penanganan di fasilitas kesehatan. 

Kondisi yang telah berubah dengan begitu cepat dan tidak dapat ditentukan waktu lamanya, lalu pemberitaan yang terus-menerus kita dengar dan dibaca akan menyebabkan perubahan kesehatan mental yang parahnya berujung depresi. Dampak-dampak tersebut dapat menghambat penyembuhan pada diri kita. Hal ini juga terjadi pada para tenaga medis yang mengalami perilaku diskriminasi di lingkungan tempat tinggal mereka.

Dilansir dari Medical Daily, mengatasi rasa cemas dan depresi memang merupakan hal yang tidak mudah. Hal ini terutama ketika kamu tak bisa ke luar ruangan, berkonsultasi dengan tenaga profesional, atau mencari bantuan dari teman.

Terdapat sejumlah upaya-upaya untuk mengatasi masalah kesehatan mental ini, yang bisa kamu lakukan untuk mencegah masalah kesehatan mental sehingga tidak berujung depresi. Mulai dari membatasi informasi yang berlebihan, karena informasi di media sosial yang tidak terkendali akan menyebabkan kondisi pemberitaan yang berlebihan dan secara tidak langsung kita juga menyebarkan ketakutan baik kepada si pengirim pesan maupun penerima pesan. Saring lah terlebih dahulu berita atau informasi yang kita baca, sebelum kita sharing dari sumber terpercaya dan akurat.

Selanjutnya, kita dapat membuang atau menghindari perasaan yang membuat kita tidak nyaman dengan cara melakukan hal-hal yang positif, seperti berolahraga di rumah, mencoba resep masakan yang baru, mengurangi kebiasaan yang tidak baik untuk kesehatan, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat berpengaruh baik untuk kita.

Tetapi apabila merasakan stres atau perasaan yang tidak nyaman, segeralah berkonsultasi dengan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, psikolog, konselor, dan lainnya untuk segera mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat. 

Lingkungan keluarga pun harus bisa menciptakan suasana yang aman dan nyaman, ajak keluarga kita untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif dan produktif. Bisa juga mengurangi kebosanan dengan cara tetap menjalankan kontak sosial melalui media sosial dengan keluarga, orang yang dicintai atau teman, serta tetap bekerja dan melakukan aktivitas dengan memanfaatkan koneksi internet, termasuk tetap menjalani pendidikan jarak jauh bagi seorang pelajar. 

Hal yang terakhir jangan lupa untuk selalu support teman-teman terdekat kita maupun teman online kita yang menjalani karantina mandiri, upaya ini bertujuan agar membuat seseorang merasa dimengerti, divalidasi, dan dikuatkan oleh sesama yang menjalaninya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline