Lihat ke Halaman Asli

Aku Pergi

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi google

[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="ilustrasi google"][/caption] Aku Pergi...

Aku pergi meninggalkanmu kekasih, selamat tinggal kerlip kandil di malam ,di buta hitam gelap jiwaku,  selamat tinggal hymne malam di sepi senyap kalbuku. Tidak ada lagi yang tersisa dari jiwa yang benar - benar kosong ini selain kebencianmu.

Masih ada yang lebih dalam dari cinta yang dulu begitu dalam itu, ya... dalamnya ngarai harapan dan keputusaasanku. Aku menangis, menetes penuh kucur pedih airmataku, Ah... apa pedulimu aku mati sekarang pun...!. Sayap - sayap ini tak hanya patah, pun remuk, pun hancur.

Aku tak akan mengidung lagi diatas tanah lapang hatimu yang luas menghampar - hampar kasihmu. itu Aku tak akan menari - nari lagi diantara harum warna - warni bunga - bunga di serambi jiwamu. "Lingsir wengiiii... tan kendat.... belum habis malam ini sampai gelap benar - benar sosok yang kini hina kini..."

"Beboyo memolooo.... tan kinoyo ngopo... jejak ku tinggalkanku menujuku hadapanku, entah apa lagi rasa sakit seperti apa lagi sakit yang harus kuterima, dan kuhadapi..."

"Bebendu pepeteng... bebendu pepeteng... berkumpul, bersama, berkawan gelap... menggiring digiring iring gelapku langkahku..."

Kini kita tak sedawai lagi, tak ada lagi nada - nada indah,yang bisa kita temukan bersama untuk kita rangkai menjadi sebait demi sebait lagu, saat sepi itu masyuk menggiring kita dalam rohnya yang senyap itu. Tak ada lagi irama nafas - nafas yang bertaluh seraya senyum, dan pandang dalam cinta yang dalam. Ini "Nasibku...".

Aku benar - benar pergi membawa nasib ini, aku pergi.... aku pergi... jika cinta itu  sudah benar - benar tidak ada terkikis habis di karang kalbumu yang dulu kokoh tak tergempur gelombang. Semoga kapalku tak akan kembali lagi kepantai hatimu, aku berdo'a, tak ada angin yang menggiringnya lagi, meniup layarku terhembus menuju pantaimu. Lebih baik jika ditengah samudera prahara nanti biduku bisuku beku yang dinahkodai keputusasaan hancur, digempur dan lenyap dijilat kilat lalu musnah dikubur dalam perut badai.

Selamat tinggal kekasih lengkung pelangi di gersang ngaraiku, aku pergi... aku pergi... aku bukan pelukis itu, aku bukan penyair itu... aku bukan pengidung sepi jiwamu.

Suatu saat pelukis, penyair, pengidung yang sejati itu akan menemuimu kekasih, bukan aku... bukan aku, aku pelukis luka, aku penyair duka, aku pengidung angkara.

Aku pergi... Maafkan aku jika suatu saat sayatan itu akan terasa sakit saat kau mengingatnya begitupun aku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline