Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Maka Nikmat Tuhanku yang Manakah yang Kudustakan, Ry?

Diperbarui: 24 Januari 2021   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangis haru penuh syukur (Ilustrasi gambar http://embunsayang.blogspot.com)

Assalamu'alaikum, Diary.
Empat hari lamanya kita taksua.
Kau tak kedinginan di sudut ruangan kamarku, kan?
Belakangan hari hujan terus mengguyur.
Semoga kau tetap hangat diantara kawan buku.

Diary, beberapa waktu lalu aku sempat melow, karena perasaan dan pikiran yang campur aduk, jelang kontrol kesehatan mata. Itu karena ketakutanku sendiri, membayangkan tahapan saat pengecekan detail pada retina.

Sabtu sore kemarin, adalah kontrol kedua pada dokter di klinik yang kudatangi. Paramedis menyambut dengan ramah, seperti biasa melakukan prosedur kesehatan dan administrasi. Lalu sesuai surat kontrol sebelumnya, mereka melakukan tahap pertama yaitu meneteskan obat pada kedua mataku, tujuan agar pupil mataku membesar.

"Ibu, seperti yang kita sampaikan sebelumnya, nanti akan terasa agak kebas, ya. Perlahan-lahan kemungkinan akan silau pada cahaya dan lebih buram penglihatannya."


Aku mengangguk, berusaha tenang dengan prosedur yang kujalani, sembari menggegam tangan suami, ia senantiasa menemaniku, Ry.
Semoga romantisnya gak cuma saat aku sedang begini.


Buram penglihatan? 

Aih, sudah dua pekan aku tak melihatmu dengan jelas, apalagi ditambah dengan obat tetes yang baru saja membasahi netraku? Aku hanya bisa terdiam dan menyulut dzikir di hati.

Oh, rupanya momen keterdiaman menunggu jeda reaksi obat, kami manfaatkan berbincang dari hati ke hati, Ry. Belahan jiwaku berbagi rasa dan kecemasan, tentang dirinya, diriku, dan anak semata wayang kami.
Tumben, sore itu aku menjadi pendengar yang baik untuknya. Taksepatah kata meluncur dari bibirku, selain linang airmata haru, plus memang obat tetesnya pedih, Ry!

Diary, hampir dua jam kami menunggu panggilan ke ruang dokter, dan tiga kali mataku di tetes oleh paramedis.
Saat sholat maghrib berjamaah, kupanjatkan doa pada Rabb-ku, agar kiranya Ia perkenankan harpan kami, dan dimudahkan segala urusan hari itu. Apapun keputusannya, semua adalah atas izin-Nya.

Aku baper, Ry, rasa haru menyelimuti, retina dan korneaku baik-baik saja. Alhamdulillah. Dokter mantap mengizinkan aku menggunakan alat bantu penglihatan, Ry. Rasa syukur meluncur, tangis bahagia pecah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline