Lihat ke Halaman Asli

Tentang Segala Hal

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

lembab dedaun begonia, sisasisa embun masih terasa-- menggurat puisi di dada yang terluka

***

dan di timur yang jauh cahayacahaya menggelombang,menabur hangat pd jiwajiwa yang terabaikan;merupa nafas bagi dada yang dipenuhi kesesakan

***

di dada angin, pagi mendegupkan segala kebaikan untuk kita rayakan-- sepanjang perjalanan

***

beranda ini kini riuh setiap pagi menjelang, karna kita mengisinya dengan bunyibunyi nan riang, nyanyian rindu anakanak yang baru pulang

***

dan kita memetiknya sebagai cendera mata untuk pengobat luka, menyimpannya dalam kotak pandora #embun

***

Tuhan menitipkan teduh pagi pada bening embun di tiap batang-batang padi

***

lalu desau pawana mendaraskan sajak kesunyian,dan di antara biru semesta, kenangan kumakamkan dalam ruang keabadian

***

dan derai luruh daundaun randu di sisi jalan, menyuarakan hening sebuah perpisahan--betapa kepedihan kadang harus dirumahkan

***

aku mencoba menyelami hening yang lindap di dada pagi; dan kutemui sebaris puisi adalah nyawa dari semua ini

***

kubayangkan pagi adalah matamu tempat lahir hangat cahaya; sementara aku pengelana purba di sepanjang jazirah tak berpenghuni--dipeluk sepi

***

menyusuri petakpetak pagi kutemukan barisan embun melanggam puisi,mengurai sepi yang semalam berdiam di ruang mimpi

***

Di antara riuh derit rerumpun bambu pagi datang bersama cerlang cahaya; mensiluetkan senyummu di rerimbun bungabunga rosela

***

Embun mengetuk jendela, dikabarkannya tentang rekah cakrawala tempat lahir hangat cahaya; muasal doadoa

***

di sini aku memeram sunyi yg kita petik dari rahim puisi;kubiarkan angin membawanya ke langit dan menjatuhkannya bersama hujan di awal musim

***

sebaris cahaya memapah gundah yang tersisa di tepi mimpi,kini menjelmalah segala doa yang kita laungkan di luas semesta;bersama sejumput asa

***

Selarik cahaya mengecup sepi jenggala. Di pondok tua, sekeping hati sibuk menata berai kenangan yang terlupa

***

kidung angin lembah; ini senja kesekian aku menyandarkan kenangan di dermaga tua, sendirian di tikam lelah

***

hujan telah lesap ke dalam matamu yang senja, mendendangkan kenangan juga sepotong kisah yang tlah usang

***

ada kenangan terburai di sela derai cemara luruh; dan angin menerbangkannya ke tempat yang jauh bersama rasa yang kian luluh

***

sunyi siang, aku mendengar derap hujan di kejauhan, mungkin ia akan bertandang, membawa bulirbulir kenangan

***

kesiur angin lembah menggoyang rerimbun akasia, dan tetiba saja kenangan begitu kuat mengetuk pintu kesunyian-- di dada

***

di sudut sunyi ingatan kenangan berdiam, terkadang menjelma malam yang penuh dengan kunangkunang

***

Selarik cahaya mengecup sepi jenggala. Di pondok tua, sekeping hati sibuk menata berai kenangan yang terlupa

***

ada yang diceritakan pagi, tentang luruh daundaun jati yang jatuh ke bumi, betapa segala takdir memang telah ditulis abadi

***

dan desau angin utara di sepanjang lengang sabana, melahirkan derap irama puisi semesta; kita menyebutnya symponi rasa

***

lalu di ufuk sana pagi rekah bersama rona cahaya, memancarkan hangat yang menjalar di antara sulursulur kenangan masa

***

Terang lembah, pohonpohon cahaya riuh mendaras puisi; sejenak angin singgah menggurat musim di tubir sep

***

sesaat kita tercekat, ketika matahari lelah dan memucat sementara kenangan berdiam di sudut waktu yang berjalan begitu cepat

***

di remang senja kita telah lupa, berapa lama melukis kenangan di sepanjang laguna, hingga matahari lingsir dan kita hanya tersenyum getir

***

Dan luruhlah senja di senyap jenggala, mengendapkan sejenak letih kembara di antara merah jingga semesta #puisisenja

***

dalam setiap hembus nafas doa membias, merengkuh sunyi ini bersama gerimis yang kian tempias #puisimalam

***

selalu kau tinggalkan setengah cangkir kopi di beranda pagi, mungkinkah segala mimpi ini juga akan kau genapi?

***

Senja datang bersama kenangan dan seuntai langgam; juga sekeping asa yang begitu erat kita genggam #puisisenja

***

taman senja kita menyebutnya, saat matahari kuning tua meluruhkan hangat, di antara debur ombak dan pekik camar bermain di sepanjang laguna

***

siang hampir usai;angin menyentuh gerumbul kembang sore, mengusap lembut punggung bukit sebelum matahari redup bersama irama yang kian sayup

***

sunyi siang, kita mengayun kenangan agar lelap di ingatan;kelak musim akan mewujudkannya sebagai bisik angin selatan

***

lalu pada bukitbukit biru di utara kita pernah menggenggam kabut; merasakan riuh kenangan melaju di sepanjang titian semu

***

pada dahan rapuh pohon kenari tua, sepasang burung gereja bercakap tentang musim, ketika begitu banyak kembang kamboja meluruh di beranda

***

maka bersama tetes gerimis yang merinai, aku melukis keping bayangmu, semata agar kesunyian tak begitu erat memelukku

***

Menatap jingga yang memenuhi cakrawala, kita, mencoba melabuhkan gores luka agar pupus duka di dada

***

jelang sore; silir angin di curam tebing,redup cahaya biaskan sederet jingga--kita menikmati warna angkasa dengan berjuta kenangan di kepala

***

maka hangat pagi yang jatuh di rerumputan; kuabadikan sebagai pelukmu; peluruh segala gigil kerinduan

***

maka mengalirlah segala tenang, pada ruang, sesuatu yang kita diami dan kita namakan; rumah hati

***

di antara pekat halimun yang menyentuh sisi bukit, pada sebuah malam berhujan, kita melarung kenangan, di sela sedu sedan perpisahan

***

maka di keheningan yang jauh malam terasa begitu lengang, mengisahkan kesunyian di antara runduk pucukpucuk ilalang

***

akhirnya, segala kenang kini tersimpan dalam bingkai pigura; terpasang bisu di terangi remang cahaya lilinlilin tua

***

dan dalam keteduhan malam aku membaringkan letih yang merajam; melelapkan rintih kesakitan pada matamu yang legam

***

Dan pada sunyi ilalang setangkup kenangan hinggap mengurai pesan, sebuah kisah yang kita simpan bersama bisik angin selatan

***

Pada dingin pusara luka pagi menjelma cahaya, menguarkan hangat doadoa, merengkuh tabah yang tereja di genang air mata

***

sebuah pagi di beranda; jatuh reranting getas di tanah basah, membawa tabah kepergian; melarung luka kehidupan

***

hening memayungi senja yang perlahan luruh dari matamu; membawakan sepotong kenangan di relung hati paling dalam

***

senja hening di bibir telaga; remang temaram jingga mengangkasa;kita bersama mendayung perahu kayu tua--menjala rasa #puisisenja




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline