Lihat ke Halaman Asli

S Eleftheria

TERVERIFIKASI

Penikmat Literasi

Aku, Grey, dan Tempat Terindah

Diperbarui: 22 Februari 2023   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi burung camar dan pantai yang indah|Dok Candice/Pixabay

Telingaku menangkap suara debur ombak menerjang dan camar-camar berteriak nyaring saat Grey mengajakku pergi pada Sabtu sore di bulan Juli. Katanya, ada kejutan yang ingin dia tunjukkan kepadaku tepat di hari pernikahan kami yang ke empat puluh tahun.

"Grey, aku rasa ini menggelikan. Kau seolah-olah merahasiakan tempat ini, tapi aku sudah mencium aroma segar air laut. Jika ini salah satu kegilaanmu, aku sungguh terkejut karena---"

"Tolong jangan mengintip dulu, Suzan!"

"Aku tidak mengintip. Kakiku sakit berjalan jauh dan aku hanya ingin secangkir teh."

"Maafkan aku. Aku hanya ingin semuanya sempurna. Lagipula, ini hari jadi kita."

Grey memintaku bersabar, sedikit lagi, katanya, dan dia menyakinkanku bahwa sesuatu akan membuat aku bahagia. Kurasakan tangannya sudah mulai membuka ikatan kain penutup mataku, tetapi sepertinya dia mengikatnya terlalu kencang. Aku sudah tidak sabar dan rasanya ingin menangis. Entahlah, kurasa aku perempuan yang gampang menangis, pun tidak hanya dalam sedih, senang pun begitu.

Akhirnya kain merah penutup mataku terlepas juga. Perlahan-lahan aku membuka mata dan membiarkan pandanganku mengedari alam terbuka sambil menghirup udara segar---oh, damai dan tenteram.

"Happy anniversary, Suzan-ku." Kemudian tanganku mempresentasikan lahan rumput di bawahnya. "Taraaa! Bagaimana menurutmu?"

"Apa ini?"

"Ini untuk kita, kau dan aku. Bukankah indah?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline