Lihat ke Halaman Asli

Shulhan Rumaru

TERVERIFIKASI

Penikmat Aksara

Bertualang ke Puncak Samin

Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1417340339930525166

Pagi itu, udara di desa begitu dingin dan terasa menyergah hingga sumsum. Aroma khas udara pegunungan, kicauan aneka burung di balik rerimbunan hutan, ditambah irama deburan ombak musim timur, benar-benar menjadi pembuka hari yang berbeda dari biasanya. Perlahan saya mengamati suasana sembari mengedar pandangan ke sekitar rumah, menghela oksigen sebanyak-banyaknya dengan satu tarikan napas panjang lalu menghebuskannya lewat mulut. Saya melakukannya berkali-kali, dan dada saya terasa begitu lega melompong.

Tak lama, beberapa kawan dari Pecinta Alam Desa Kwaos (Kompak) datang dan meminta segera bersiap-siap karena agenda muncak ke gunung Samin dimajukan hari itu juga. Padahal, kegiatan muncak semula dijadwalkan pekan depan seusai kegiatan kepemudaan di desa. Namun karena perhitungan kondisi cuaca pegunungan yang kurang bersahabat, akhirnya dimajukan.

Alhasil, saya bawa bekal sealakadarnya saja. Tentunya, bekal khas orang Ambon yaitu sagu, ikan julung kering, cabai, garam, kacang telor, sebotol air mineral. Sekilas, bekal ini cocoknya bukan ke gunung tapi piknik ke pantai, hehehe. Saya juga gak lupa bawa obat-obatan. Kalau kawan-kawan lain, mereka bawa beras 3 kg per orang. Di luar logistik, ada yang bawa parang, panci, korek gas, senter, tali, terpal, gitar, bendera Indonesia, dll.

Awalnya saya khawatir, sebab ini baru pertama kali saya ikutan kegiatan muncak dan katanya medan ke puncak Samin cukup terjal, jauh, dan cuaca di gunung tak kondusif. Tapi karena jumlah kita cukup banyak sekitar 26 orang yang penasaran menaklukkan puncak Samin, jadinya saya juga bersemangat.

Sekilas tentang Gunung Samin ini, ia terletak di antara gunung-gunung di petuanan Kwaos, dataran Hunimua, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku. Ada beberapa gunung yang melingkar membentuk kubangan raksasa, lalu Gunung Samin berada tepat di dalam kubangan tersebut. Meski dalam kubangan, tinggi gunung Samin hampir setara dengan gunung-gunung di sekitarnya. Dalam perkiraan saya, ketinggian gunung Samin mendekati 800 mdpl. Memang tidak terlalu tinggi seperti rata-rata gunung di Pulau Jawa tapi tetap menarik didaki karena merupakan tipikal gunung basah atau lembap.

Tepat jam 6 pagi, kami sudah berkumpul di depan komplek sekolah SDN Desa Kwaos. Panitia mulai memberi pengarahan agar semua tetap dalam satu komando saat perjalanan, dan tiap orang diminta memastikan semua bekal sudah terbawa. Yang lebih penting, kami diharuskan bersikap bijak dan tidak bertingkah aneh selama menjelajah hutan, sebab diyakini area hutan Gunung Samin terdapat banyak keramat.

Kami keluar di ujung kampung untuk menembus rimba petuanan Kwaos (istilah petuanan adalah kawasan/wilayah kekuasaan, dalam hal ini raja Desa Kwaos). Selepas 20 meter dari ujung kampung, saya merasa sudah tenggelam dalam hutan belantara. Maklum saja, jenis hutan di sini adalah hutan hujan tropis, jadi semua pepohonan dan tanaman tumbuh subur dan sangat lebat.

14173394981462077874

1417339537812242764


Sebelumnya, kami sudah janjian dengan Kena Din sang pemandu yang lebih dulu ke pos pertama, menunggu kami sekitar 2 kilometer ke dalam hutan. Soal jelajah hutan, Kena Din lah jagonya, sudah sangat tau seluk-beluk hutan di sini, bahkan dia sering dijadikan pemandu (guide) oleh Dinas Kehutanan Maluku maupun mahasiswa dari Pulau Jawa yang ingin penelitian atau muncak di salah satu pegunungan dataran Hunimua.

Setelah 35 menit perjalanan, kami akhirnya bertemu Kena Din di kawasan Kalapa Dua dan istirahat sekitar 5 menit. Di sini, Kena Din mewanti-wanti kami supaya saling sapa atau bersuara sebagai kode kalau berjauhan, memperhatikan tanda jalan yang sudah dibuat oleh tim yang duluan menyisir jalan, hati-hati kalau ada hewan liar seperti babi hutan, anjing hutan, maupun ranjau-ranjau untuk tangkap rusa. Terakhir, katanya dia khawatir kalau saya tidak kuat jalan. Hemmm, poin terakhirnya semacam pelecehan yang sistematis, terstruktur, dan massif, hahaha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline