Lihat ke Halaman Asli

Peluk

Diperbarui: 4 Desember 2022   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PELUK

Karya: Sheila Fithri Al Insani

“Kenapa aku ga boleh peluk pacar aku sendiri?” tanya Keenan kesal. Di rooftop sebuah gedung Niskala melihat ke arah Keenan ada di dekat tangga. Mereka berdiri saling memandang. Niskala berkata ”Aku lagi sakit, nanti kamu ketularan” “Aku kangen banget sama kamu, kan peluknya juga cuma sebentar” kata Keenan. Niskala menjawab dengan sabar ”Tapi aku lagi sakit, nanti kalau kamu ketularan ikut sakit siapa yang repot? Kita berdua juga kan” Kalau sudah begini Keenan mengalah.

”Lagian kalau sudah peluk kamu mau apa?” tanya Niskala. Keenan pun menjawab ”Aku mau kecup jidat kamu. Karena setiap aku kembali ke kota asalku ini, hanya dahi itu yang bisa melarutkan rasa capek yang terkumpul. Aneh loh bisa lenyap dalam sekejap”. “Terus?“ tanya Niskala. ”Terus aku mau bilang maaf. Maaf ya aku belum bisa datang ke rumah kamu, lamar kamu. 

Maaf aku terlalu naif menaruh semua uang tabungan kita di bisnis cafe aku yang akhirnya hilang tak bersisa, di hempas pandemi yang tiba-tiba datang. 6 bulan tanpa pemasukan memang waktu yang terlalu lama. Tapi percayalah aku sedang berusaha mencari uang kembali agar ayah kamu percaya bahwa anaknya berada di orang yang tepat walau belum memiliki pekerjaan tetap”. 

Niskala masih mendengarkan, posisinya tidak berubah. Keenan kembali melanjutkan pembicaraan “mungkin seharusnya dari dulu aku dukung bakat kamu ya” “bakat apa?” tanya Niskala “bakat kamu itu loh” “oh yang itu” kini Niskala mengerti. “sekarang kan banyak orang yang bisa lihat hantu jadi konten kreator” kata Keenan. “memang kamu percaya aku bisa lihat hantu” tanya Niskala. “aku percaya” kata Keenan.

Rasa rindu yang membuncah tak lagi mampu dibendung oleh Keenan. Ia pun berjalan mendekat dan menjulurkan tangannya memeluk Niskala. 

Namun yang terjadi adalah tangannya tembus melewati tubuh Niskala. Butiran air mata mulai membanjiri pipi Niskala. “kenapa kamu ga bilang dari tadi?” tanya Keenan. “karena aku ingin membiarkanmu pamit”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline