Lihat ke Halaman Asli

Samuel F Djetul

Mahasiswa Ilmu Komunikasi_UMBY

HUT 77 RI: Belajar "Persatuan" dari Para Pendahulu Bangsa dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan

Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: https://darunnajah.com/unity-in-diversity/

Bahasa Indonesia itu, bagi saya adalah berkah. Karena ini bahasa tidak dibangun oleh mayoritas, tapi bahasa yang disumbang oleh minoritas. Bahasa yang tidak punya centre of excellent, sehingga demokratis. Bahasa yang menyatukan". -- Goenawan Mohamad (Dalam diskusi di Freedom Institute

Ditengah tendensi egoisme politik yang menciptakan polarisasi di dalam masyarakat, membuat kehidupan sosial masyarakat menjadi terdampak dan tergerus serta terbawa pada sekat-sekat yang memisahkan. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak selaras di dalam ritme kebhinekaan dan menyebabkan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia menjadi semacam tergerus nilainya. Disisi lain, intoleransi, rasialisme, hingga politisasi SARA (suku, agama, ras, antar golongan), juga menjadi benalu yang sangat membahayakan, yang jika dibiarkan berkembang akan dapat merusak kebhinekaan yang sudah terbangun di dalam masyarakat. 

Hal-hal tersebut, adalah sekelumit tantangan yang sedang atau akan dihadapi bangsa ini. Namun demikian, seenggaknya, para pendahulu kita telah mengajarkan dan meninggalkan rasa patriotisme dan nasionalisme kepada kita sebagai bagian dari bagaimana mencintai negeri ini tanpa memandang akan perbedaan. 

Selain itu, Bahasa Indonesia juga menggambarkan bagaimana sebuah negara yang penuh dengan multietnik dan multikultural bisa disatukan dan menyatu dalam bahasa persatuan ditengah perpaduan keberagaman. Hal ini, yang kemudian menurut Goenawan Muhamad, yang adalah seorang sastrawan, penulis, dan pendiri majalah tempo, mengatakan bahwa, Bahasa Indonesia adalah berkah bagi banga ini. Karena, Bahasa Indonesia tidak memiliki centre of excellent, sehingga menjadi bahasa yang demokratis dan bahasa yang menyatukan. 

Belajar "Persatuan" dari Leluhur Bangsa 

Para leluhur bangsa Indonesia, bukan hanya menanamkan dan meninggalkan rasa nasionalisme dan patriotisme bagi bangsa ini, akan tetapi ajaran tentang persatuan juga menjadi nilai kehidupan tersendiri yang penuh makna. 

Dalam video yang berjudul "Pesan Para Veteran Pejuang", yang dibuat oleh TNI AD, dimana beberapa veteran menyampaikan pesan bahwa, pada masa perjuangan melawan penjajahan, para pejuang tidak melihat dan menjadikan perbedaan sebagai suatu sekat, akan tetapi rasa kesatuan sebagai satu bangsa-lah, yang membentuk nasionalisme dan patriotisme mereka, sehingga kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dicapai dan dirasakan hingga saat ini. Selain itu, dalam akhir video tersebut, para Veteran menegaskan untuk tetap dan selalu "Menjaga Persatuan Bangsa". 

Perjuangan para pendahulu dalam memerdekan bangsa ini tentu merupakan rasa syukur yang tak ada habisnya dan tak ada hentinya. Selain itu, semangat persatuan yang melandasi perjuangan mereka, adalah sebuah ajaran dan nilai berharga yang penuh makna bagi kita di dalam menjaga dan melanjutkan kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan. 

Sehingga, Bhineka Tunggal Ika yang menjadi simbol ikatan bangsa, semakin kokoh dan dapat menyambungkan sekat-sekat yang merenggang menjadi satu kesatuan yang kuat sebagai satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Semangat persatuan dari para pendahulu, menjadi ajaran yang sangat berharga bagi kita, tentang bagaimana hidup bersama sebagai satu bangsa. Dan juga menyadarkan kita bahwa, hidup ditengah perbedaan adalah sebuah keindahan yang saling memberi kekuatan untuk mencapai kemenangan secara bersama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline