Lihat ke Halaman Asli

Setrio Hardinata

Setrio Hardinata

Review Buku

Diperbarui: 27 September 2022   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(REVIEW BUKU)
Oleh Setrio Hardinata

. . . . . . . . . . .

Judul: Khotbah di Atas Bukit
Penulis: Kuntowijoyo
Tahun Terbit: 2017
Penerbit: Diva Press dan MataAngin
Jumlah Halaman: 224
Ukuran Buku : 14 x 20 cm
Nomor ISBN : 978-602-391-403-6

Khotbah di Atas Bukit adalah sebuah novel yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Beliau adalah seorang sejarawan terkemuka yang juga dikenal sebagai sastrawan dan budayawan. Novel "Khotbah di Atas Bukit" berkisah tentang suatu perjalanan spiritual yang dialami oleh Barman.

Saat mengasingkan diri di hutan bersama gadisnya yang bernama Popi. Barman bertemu dengan Humam. Mereka kemudian bersahabat. Semenjak pertemuan tersebut, Barman yang mengalami kesunyian hidup seketika menjadi bermakna. Hari-harinya dipenuhi dengan pencarian hakekat hidup. Sebelum mengakhiri hidupnya di tepian jurang, Barman berkhotbah di atas bukit. Lantas apa yang dikhotbahkan lelaki tua itu di atas bukit, di depan para pengagum dan orang-orang yang mengikutinya? Kuntowijoyo mengisahkannya dengan lembut dan penuh makna.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

"Ini khotbahku," kata Barman. "Hidup ini tak berharga untuk dilanjutkan!" ia meneruskan. "Bunuhlah dirimu! seru Barman. (Hal. 195-196) Demikianlah perkataan Barman kepada pengagum dan pengikutnya sebelum menerjunkan diri ke tepian jurang dari atas bukit. Bagi Barman, untuk pergi dari segala kegelisahan dan kesengsaraan, ia harus mengakhiri hidupnya menuju alam yang abadi dan menenangkan.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Kisahnya berawal dari seorang tokoh bernama Barman (65 tahun) yang merupakan pensiunan pegawai negeri. Ia harus memilih untuk tinggal di sebuah villa dekat bukit jauh dari keramaian kota. Bobi (Anaknya) mencarikan seorang perempuan muda untuk menemani Ayahnya di bukit tersebut. Perempuan itu bernama Popi.

Di tengah hutan, Barman bertemu dengan Humam. Humam sebaya dengannya, bahkan dari fisik dan penampilan tidak jauh berbeda. Kedua laki-laki tua ini kemudian bersahabat. Barman banyak belajar tentang hakekat hidup dari Human. Hubungan mereka ibarat seorang guru dengan murid dalam ilmu spiritual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline