Lihat ke Halaman Asli

Selsa

TERVERIFIKASI

blogger

Catatan di Hari Ultah (Tuk Sahabat Terkasih)

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang sangat menggembirakan adalah saat sahabat-sahabat kita memberikan doa dan mengucapkan selamat tatkala kita berulang tahun. Seperti juga kemarin (4 Oktober) banyak teman-teman memberikan ucapan doa padaku karena tepat hari itu aku bertambah usia yang berarti juga jatah waktu hidupku di dunia berkurang hehehehe...

Meski dini hari suami sudah menelepon dari seberang benua lain tuk mengucapkan selamat ultah (ulang tahun), aku merasa sedih. Aku merasa sendiri tatkala bangun pagi tidak ada seorangpun yang bisa aku peluk untuk sekedar menyandarkan rasa gundahku yang selalu hadir saat hari ultahku. Kenapa gundah? entah, apakah perasaanku sama dengan orang lain, tapi aku merasa setiap hari ultah selalu sedih. Aku selalu mengingat bahwa di hidupku yang telah berkurang masanya ini aku belum bisa melakukan sesuatu yang bisa membanggakan entah suami, kedua orang tua,anak-anak ataupun sahabat-sahabatku. Aku selau merasa belum puas dengan apa yang aku lakukan di kehidupan ini.

Untunglah rasa sedihku cuma sebentar, bersamaan dengan matahari terbit, saudara-saudaralu di seberang pulau satu persatu menelepon untuk memberikan doa dan ucapan. Meski tak ada perayaan yang istimewa bahagia muncul tatkala mengetahui sahabat di FB pun memberikan doa dan ucapan selamat padaku. Kembali aku menegaskan pada diriku sendiri, bahagia itu sederhana, dan aku beruntung mempunyai banyak sahabat yang telah memberikan kebahagiaan tersendiri padaku.

Lewat tengah hari, di antara sahabat-sahabat yang memberikan doa dan ucapan, seorang sahabat memberikan satu puisi sebagai ucapan selamat padaku, wah bahagiaku berlipat kini.

**

Membacamu, membuatku

Melukiskan setitik embun untuk menyejukan hatimu.

Melukiskan suara angin pada rumpun bambu.

Melukiskan rinai hujan yang mencintai bumi,

hingga keajaiban petrichor menenangkanmu.

Membacamu membuatku

Berharap engkau terus menggoreskan penamu

Walau terus bertambah usiamu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline