Lihat ke Halaman Asli

Selly Mauren

Penulis lepas

Pentingnya Journaling bagi Penulis!

Diperbarui: 17 Mei 2023   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Judit Peter: https://www.pexels.com/photo/person-writing-on-a-notebook-beside-macbook-1766604/ 

Sebagai penulis bertanggungjawab menyajikan tulisan bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, penting mempertimbangkan berbagai macam hal dalam prosesnya. Mulai dari pemilihan topik, tujuan menulis, manfaat kepada pembaca, hingga judul yang menarik. Semua aspek tersebut perlu dipikirkan secara matang oleh penulis. Tidak jarang penulis merasa kehabisan ide karena sulit menemukan cara menulis yang memuaskan dirinya sendiri. Tidak jarang pula muncul pikiran mengganggu sebelum memutuskan publish hasil karyanya ke ruang publik. 

Pada tulisan saya sebelumnya tentang kreatifitas, dijelaskan bahwa kreatifitas sudah ada dalam diri setiap manusia. Hanya sulit untuk memunculkannya saat bekerja. Khususnya dalam waktu-waktu bermasalah, entah karena beban emosional atau masalah lain yang dihadapi di luar pekerjaaan. Namun, tuntutan menjadi pribadi yang profesional terus membayangi dan memaksa untuk bekerja dibawah tekanan. Kasusnya berbeda apabila anda merasa lelah dan mengistirahatkan pikiran sejenak sebelum kembali memulai menulis. 

Kegiatan  menulis yang ditekuni sebagai hobi atau pekerjaan melatih penulis untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis. Teknik menulis juga disarankan bagi mereka yang mengalami masalah emosional untuk mencurahkan berbagai perasaan yang dirasakan dalam bentuk tulisan. Hal ini dimaksudkan sebagai cara mengekspresikan emosi jika ragu atau bimbang mengungkapkannya secara verbal. 

Emosi dan pikiran saling memengaruhi satu dengan yang lain. Terkuat diantaranya adalah emosi. Emosi positif seperti bahagia dan semangat mampu memotivasi penulis untuk menyelesaikan karyanya dalam waktu lebih cepat karena peran hormon dopamin yang menstimulasi otak bekerja lebih optimal. Sebaliknya emosi negatif cenderung menghambat kerja otak dan rendahnya motivasi penulis untuk memulai kegiatan menulisnya. 

Krisis ide muncul pada fase ini. Emosi negatif bisa muncul saat anda merasa kelelahan, tidak mampu, khawatir, lemah, frustasi dan lain sebagainya. Pada fase ini lah emosi cenderung menghambat proses berpikir saat menulis. Berbagai cara sudah dilakukan seperti mengubah suasana ruangan, mendengarkan musik, dan minum kopi kesukaan namun hasilnya tidak berubah signifikan. 

Pernahkah anda mengalami hal tersebut? Ada cara lain yang bisa coba dilakukan yaitu journalling perasaan. Gunakan kebisaan menulis anda dalam menguraikan emosi dan perasaan yang dirasakan. Ibarat berdiskusi dengan orang yang anda sangat percayai, anggaplah komputer atau buku catatan anda adalah orang tersebut. Sampaikan perasaan anda dalam uraian kata dengan panduan berikut:

1. Apa emosi yang anda rasakan sekarang? 

2. Kapan anda merasakan emosi tersebut? 

3. Bagaimana peristiwa bisa memicu emosi tersebut? 

Berdasarkan panduan di atas, contoh kalimatnya seperti berikut "Pagi ini saya merasa marah saat menemukan buku catatan saya tidak ada di meja kerja saya". Akan lebih baik jika anda terbiasa menulis diary harian yang mengisahkan perjalanan aktivitas anda selama seharian. Selain menulis jurnal perasaan, anda juga bisa memanfaatkan fitur fiksi pada kompasiana seperti puisi, roman, cerpen, horor sebagai hasil karya yang merepresentasikan pengalaman emosional anda sendiri. Selama mencoba :)  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline