Lihat ke Halaman Asli

Sekar Asyifa Nur Abiyyah

mahasiswa yang belum rajin

Belajar Menjadi Pribadi yang Lebih Baik Lewat Anime "Barakamon"

Diperbarui: 8 Maret 2021   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: funimation.com

Pernah dengar tentang shodo? Shodo merupakan seni kaligrafi Jepang yang dilakukan dengan cara menulis huruf Jepang dengan gaya tertentu. Gaya tertentu yang dimaksud disini termasuk tebal dan tipisnya huruf. 

Seni ini pertama dikenal di Jepang setelah Wang Xizhi, seorang kaligrafer China, membawa kaligrafinya ke Jepang. Hingga selanjutnya seni tersebut berkembang di Jepang dengan menggunakan huruf katakana dan hiragana.

Tidak jauh-jauh dari shodo, anime berjudul Barakamon yang akan dibahas kali ini juga berhubungan dengan seni kaligrafi tersebut.

Barakamon menceritakan kisah seorang shodoka (seniman kaligrafi) muda dari Tokyo bernama Seishuu Handa yang pindah ke Pulau Goto. Seishuu Handa merupakan seniman muda, usianya masih 23 tahun, tampan dan berbakat. Ada satu lagi kelebihannya, namun bukan kelebihan yang patut mendapat pujian, yaitu ego.

Pulau Goto merupakan pulau yang berada di bagian barat pesisir Kyushu. Dan kepindahan Handa ke pulau itu bukan lah tanpa alasan. Suatu ketika, seorang kurator veteran mengkritik kaligrafi milik Handa, beliau mengatakan bahwa karyanya masih "terlalu kaku". Handa yang tidak terima mendengar kritik tersebut langsung memukul orang tua itu sampai tersungkur di lantai.

Ayah Handa yang mendengar berita tersebut menyuruh putranya untuk pergi ke Pulau Goto sebagai hukuman. Beliau juga berharap di tempat itu Handa bisa menyadari kesalahan sekaligus menenangkan hati dan pikirannya.

Dan tentu saja, kehidupan baru Handa di Pulau Goto berbeda jauh dengan kesehariannya di Tokyo yang serba mudah dan apa saja ada. Kehidupan pedesaan di pulau itu memaksanya untuk beradaptasi lagi. Handa agak dibuat heran ketika belum lama sampai desa, para tetangga sudah datang ke tempatnya tinggal dengan niat membantunya beres-beres. Saat itu lah dia mulai bertemu dan berkenalan dengan para tetangga yang baik hati namun eksentrik yang akan menemaninya selama hidup di desa.

sumber gambar: Barakamon/tangkapan layar

Bukan hanya itu saja, rumahnya pun dijadikan markas berkumpul para "akamsi". Salah satu anak desa yang dekat dengannya adalah Naru Kotoishi. Sifat Naru yang "ngeyel" dan terlalu ingin tau sedikit mengganggu Handa, namun berkat anak itu juga dia banyak mengenal desa dan orang-orangnya.

Banyak nilai kehidupan yang bisa diambil dari serial anime ini. Di samping itu, banyak pula humor dan adegan komedi yang selalu berhasil membuat penonton terpingkal-pingkal. Ditambah, sifat dan karakteristik pedesaan dan orang-orang di dalamnya cukup relatable, sehingga ketika menonton pun bisa terbayang gimana penampakan adegan-adegan itu di dunia nyata. Apa lagi tingkah-tingkah kocak anak-anak yang suka nongkrong di rumah Handa, benar-benar bisa bikin geleng kepala sambil ketawa.

Kemudian, nilai-nilai kehidupan semacam apa sih yang bisa kita ambil dari anime ini?

Seishuu Handa, awalnya, bisa dibilang sebagai orang yang egois dan sedikit emosian. Bahkan setelah memukul orang tua hanya karena karyanya dikritik dan "diasingkan" di pedesaan oleh ayahnya, dia masih tidak bisa mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Kehidupan barunya dan kebersamaan para tetangga di desa sedikit banyak menyadarkannya bahwa dia seharusnya tidak boleh gegabah mengingat ada banyak orang di sekitarnya saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline