Lihat ke Halaman Asli

Hati-hati Memakai "Setting" Waktu dalam Naskahmu

Diperbarui: 18 November 2018   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay

Pertemuan sebelumnya kita sudah membahas poin apa saja yang perlu dipercantik dalam naskah, khususnya novel. Kali ini kita akan membahas lebih detail soal pemakaian waktu. Detail yang satu ini erat kaitannya dengan pembentukan konflik dalam kisah yang kalian tulis.

Dalam banyak cerita yang mungkin pernah kalian baca, tentu kalian mendapati tokoh(-tokoh) di sana sedang melakukan perjalanan. Bisa dengan berjalan kaki, bersepeda, menumpang mobil teman, atau dengan angkutan umum. Untuk tiga jenis aktivitas yang saya sebut pertama, tidak masalah jika kalian memakai sembarang waktu, asal memang sesuai dengan kebutuhan.

Misal, menumpang mobil teman setelah menghadiri sebuah undangan pesta yang kebetulan baru selesai lewat tengah malam. Atau, bersepeda menuju tempat kerja selepas subuh sebab jarak tempuhnya sepuluh kilometer. 

Si tokoh memang harus berangkat lebih awal jika tidak ingin terlambat. Itu risiko. Sebab, ia hanya punya sepeda dan tidak punya ongkos untuk naik angkutan umum seperti rekan-rekannya. Atau, si tokoh memilih berjalan kaki ke tempat tujuan karena memang jaraknya dekat, hanya seratus lima puluh meter, dan akan sangat merepotkan jika harus memakai kendaraan bermotor.

Bebas. Sesuai kebutuhan.

Namun, lain perkara jika si tokoh menumpang angkutan umum.

Untuk angkutan kota/desa, kebanyakan memang tidak berjadwal tetap. Rasanya masih aman untuk menulis semau kalian, meskipun rata-rata angkutan tersebut akan ngandang selepas pukul sembilan malam. Nah, kalau si tokoh harus naik kereta api, bus malam antarkota antarprovinsi (AKAP), atau pesawat, maka berhati-hatilah.

Kita bahas kereta dulu, ya.

Kalau kalian sudah biasa naik kereta, tentu paham bagaimana ritme pergerakan kereta. Kalian mungkin bahkan hafal nama-nama kereta, jadwal keberangkatan, juga kedatangannya. Tidak hanya itu, bagaimana suasana perjalanan pun rasanya sudah seperti di luar kepala untuk dituliskan.

Tetapi, bagi yang jarang, apalagi belum pernah naik kereta api, tentu akan menemui kesulitan jika tidak melongok jadwal. Tenang saja. Situs resmi KAI dan banyak agen perjalanan bisa dijadikan rujukan. 

Hanya saja, ya, kalian tetap harus berhati-hati dalam memilih. Sama-sama trayek Jakarta-Surabaya, ada yang lewat Semarang (jalur utara), ada juga yang lewat Yogyakarta (jalur selatan). Stasiun tujuan di Surabaya pun berbeda. Kereta jalur utara berujung di Stasiun Pasar Turi, sedangkan kereta jalur selatan berujung di Stasiun Surabaya Kota (terkenal pula dengan sebutan Stasiun Semut). Kalau sampai tertukar, modyaaarrr kowe dilok-lokno bonek *eh

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline