Lihat ke Halaman Asli

Pretty Sefrinta Anggraeni

Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Sehatkah Orang yang Senang Berkhayal?

Diperbarui: 18 Maret 2021   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sejak masih kanak-kanak entah usia 8 atau 9 tahun, aku mulai suka berkhayal menjadi karakter lain yang berbeda dengan ku. Di dalam khayalanku memiliki cerita yang kompleks dengan karakter dan plot. Bahkan aku menciptakan keterikatan emosional dengan karakter dan kehidupan yang kuciptakan dalam khayalan. Aku bisa merasakan kesedihan, senang, marah, dan emosi lainnya saat larut dalam khayalanku. Kebiasaan berkhayal ini kulakukan saat akan tertidur di malam hari, atau saat aku kesal dan kecewa dengan sesuatu. Awalnya ku kira ini hal biasa yang juga dialami oleh anak-anak seumuranku, tapi semakin bertambah usia kebiasaan ini terus berulang dan semakin bertambah parah. Aku bisa berkhayal hingga 4-5 jam setiap hari. Dan tanpa kusadari membuat aku melalaikan atau kehilangan ketertarikan pada kegiatan yang lain di dunia nyata."

Panggil saja Kate, sebutan yang ingin ia gunakan sebagai nama samaran. Sama persis dengan nama karakter yang ia ciptakan dalam khayalannya, Kate. Usianya bukan anak-anak atau remaja lagi saat menceritakan kisahnya kepada penulis. Sama halnya dengan rutinitas sehari-hari seperti makan, minum, dan mandi, pada titik ini Kate merasa perilaku berkhayal yang ia lakukan sampai sekarang adalah suatu rutinitas, tanpa perlu pemicu dari kehidupan nyata.

Perilaku berkhayal yang dilakukan Kate disebut sebagai Maladaptive Daydreaming. Dilansir dari heathline.com Maladaptive Daydreaming adalah kondisi seseorang melakukan lamunan intens yang mengalihkan perhatiannya dari kehidupan nyata mereka. Saat seseorang jatuh cinta dengan khayalan imajinasinya, maka ia akan menghasilkan rangkaian obat antipsikotik yang biasa digunakan untuk mengobati halusinasi skizofrenia. Berbeda dengan skizofernia, orang dengan maladaptif daydreaming mampu membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan. Ia tahu bahwa dunia yang mereka ciptakan di dalam benak mereka tidaklah nyata.

Dilansir dari The british psychological society, Maladaptif daydreaming biasanya muncul sebagai mekanisme koping (mekanisme pertahanan diri) sebagai respons terhadap trauma, pelecehan, atau kesepian. Para penderita menciptakan dunia batin yang kompleks tempat mereka melarikan diri pada saat-saat sulit dengan melamun selama berjam-jam. Ini bisa menjadi sebuah kecanduan, orang dengan maladaptif daydreaming pasti menciptakan keterikatan emosional dengan karakter dan kehidupan yang diciptakan, yang sering menggantikan interaksi kehidupan nyata yang menyakitkan antara keluarga dan teman. Ini juga mengganggu belajar, bekerja, dan menjaga kebersihan dan kesejahteraan seseorang, yang selanjutnya menghalangi fungsi sehari-hari. Pada titik ini, berkhayal tentang kehidupan yang memuaskan adalah lebih menarik daripada menghadapi kenyataan yang menyedihkan. 

Perbedaan yang menentukan antara maladaptif daydreaming dan psikosis adalah kenyataan bahwa individu tersebut mengetahui bahwa khayalan/lamunan mereka tidaklah nyata. Gangguan ini bukan bagian dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V). Tidak ada perawatan resmi apa pun. Tetapi beberapa ahli mengatakan itu adalah kelainan nyata yang dapat berdampak nyata pada kehidupan sehari-hari seseorang. Meskpiun bukan sebuah penyakit atau gangguan jiwa, maladaptvive daydreaming dapat menyebabkan gangguan psikologis lainnya seperti berisiko mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), depresi dan obsesif-kompulsif (OCD).

Apa saja gejala Maladaptif Daydreaming?

               Dilansir dari heathline.com, seseorang yang mengalami maladaptif daydreaming mungkin memiliki satu atau lebih gejala gangguan, tetapi tidak harus memiliki semua gejala. Gejala-gejalan tersebut antara lain:

  • Khayalan yang sangat jelas dengan karakter, latar, plot, dan fitur mendetail lainnya, seperti cerita
  • Khayalan yang dipicu oleh peristiwa kehidupan nyata
  • Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari
  • Kesulitan tidur di malam hari
  • Keinginan yang luar biasa untuk terus berkhayal
  • Melakukan gerakan berulang sambil berkhayal
  • Membuat ekspresi wajah sambil berkhayal
  • Berbisik dan berbicara sambil berkhayal
  • Berkhayal untuk waktu yang lama (beberapa menit hingga berjam-jam)

Bagaimana Maladaptif Daydreaming dapat disembuhkan?

Dilansir dari heathline.com, pengobatan dan bergabung dengan kelompok pendukung dapat membantu meringankan bahkan menyembuhkan Maladaptive Daydreaming. Sebenarnya tidak ada pengobatan resmi untuk Maladaptif Daydreaming. Dalam sebuah studi, para peneliti menemukan fluvoxamine (Luvox) efektif dalam membantu pelamun yang maladaptif mengendalikan lamunannya. Obat ini adalah pengobatan umum untuk penderita OCD. Selain itu, bergabung dengan kelompok pendukung untuk mempelajari bagaimana orang lain mengatasi gangguan mereka dapat memudahkan Anda untuk menjauhkan lamunan maladaptif Anda. Ada beberapa forum online untuk pelamun maladaptif, termasuk Daydream In Blue dan Wild Minds Network.

Dilansir dari satupresen.com, beberapa tips-tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan Maladaptive Daydreaming:

1. Menghindari hal yang memicu kebiasaan mengkhayal (trigger)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline