Lihat ke Halaman Asli

Kriminalitas Meningkat, Stres Masyarakat Makin Tinggi

Diperbarui: 17 Februari 2016   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kasus pembunuhan di DKI Jakarta meningkat (sumber foto: megapolitan.kompas.com)"][/caption]Sebenarnya, sekitar tujuh tahun silam, saya pernah menulis – di salah satu blog saya – dengan judul yang mirip-mirip judul ini, saya mengungkapkan rasa geram terhadap realitas yang terjadi di masyarakat sekitar, khususnya wilayah ibukota Jakarta. Ya, saya ikut prihatin dengan data yang saat itu dirilis Biro Operasi Polda Metro Jaya, yang menyebut dalam kurun waktu 8 bulan saja, di wilayah Jakarta dan sekitarnya telah terjadi 50 kasus pembunuhan.

Sebuah angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah kepolisian daerah lainnya di Indonesia, dalam kurun waktu yang sama. Berlanjut empat tahun kemudian – tepatnya tahun 2012 – di wilayah hukum Polda Metro Jaya terjadi 69 kasus pembunuhan (dalam setahun), dan tiga tahun berikutnya (tahun 2015) meningkat lagi menjadi 71 kasus pembunuhan. Meski tidak signifikan, kasus pembunuhan terus mengalami peningkatan, dari tahun ke tahun.

Dari puluhan kasus pembunuhan tersebut, ternyata mayoritas dilandasi motif ekonomi. Bahkan, yang menarik – kalau kita menyimak analisa Indonesia Police Watch (IPW) tentang masalah ini – bahwa tingginya kasus pembunuhan tersebut, identik dengan tingkat stres masyarakat Jakarta yang lebih tinggi dibanding masyarakat di provinsi lain. Jadi, pembunuhan itu banyak dipengaruhi tingkat sres yang tinggi, baik karena tekanan ekonomi, tekanan lingkungan karena terbatasnya ruang publik, maupun kemacetan dimana-mana.

Dan itu, masih ditambah lagi dengan tekanan psikologis yang diderita masyarakat, terutama kelas menengah kebawah. Kalau kita amati, saat ini masyarakat mudah resah dengan ‘perubahan’ yang ada di lingkungannya. Misalnya, adanya kecenderungan harga-harga yang melambung tinggi. Juga, masyarakat dengan jelas bisa melihat situasi negara yang – dalam kasus-kasus tertentu – tidak ada kepastian hukum, yang membuat rasa tidak nyaman dan menyulut stres.

Akibatnya, dengan tekanan yang seakan tak pernah habis, muncul benih kemarahan terpendam. Yang jika tidak segera ditangani, akan menimbulkan akibat buruk – seperti membunuh orang lain – hanya karena tersinggung sedikit saja. Setidaknya, alasan-alasan yang saya tuliskan ini, adalah sebagian dari dasar terjadinya kasus pembunuhan, yang terjadi di wilayah DKI Jakarta beberapa tahun belakangan ini.

Sebuah ironi memang, nyawa melayang sia-sia hanya karena permasalahan – yang dalam sudut pandang normal – itu adalah hal sepele. Hal yang kadang sulit dinalar, untuk dijadikan alasan terjadinya sebuah pembunuhan. Meski, kenyataannya memang itulah yang terjadi. Sebuah kejadian ‘luar biasa’ yang didasari oleh alasan ‘biasa’ saja.

Nah, kalau sudah begini, tentu berpulang pada kita lagi – sebagai bagian dari warga masyarakat – untuk menyikapi secara obyektif, sebuah fenomena yang terjadi di sekitar kita tersebut. Konkritnya begini, agar kita tidak “masuk lingkaran” kriminalitas, baik subyek maupun obyek, sebaiknya kita menjauhkan diri dan menghindar dari gesekan horizontal yang bisa menimbulkan munculnya kejahatan. Disinilah kepekaan kita membaca situasi, sangat diperlukan.

Langkah konkrit lainnya, berupaya untuk tidak berpenampilan ‘berlebih’ di ruang publik, entah di sarana transportasi umum atau tempat aktivitas sosialita. Juga, tidak mempertahankan ego di tempat-tempat kemacetan – yang biasanya akan cepat marah terhadap hal-hal sepele – sehingga menyulut terjadinya konflik. Atau, ini juga penting, antisipasi dini dengan mulai mengenal dan memperhatikan lingkungan dimana kita bertempat tinggal.

Memang, point dari tulisan ini adalah tingginya kasus pembunuhan – beserta faktor yang mendasari terjadinya kasus itu – yang terjadi di wilayah hukum DKI Jakarta. Tetapi, untuk langkah antisipasi yang sudah saya urai, tidaklah semata diperuntukkan kita yang tinggal di wilayah ibukota saja. Lebih dari itu, langkah ini bisa untuk siapapun yang ingin hidup lebih tenang, nyaman dan aman. Dimanapun berada.

Harus diingat, nyawa kita itu cuma satu, kalau tidak dijaga dengan baik – apalagi sampai melayang sia-sia – tentu sebuah hal yang sangat merugikan. Kecuali, kalau kita punya ‘cadangan’ nyawa, akan beda ceritanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline