Lihat ke Halaman Asli

Menteri Milenial, Idealisme atau Hanya Pemberi Harapan Palsu?

Diperbarui: 8 Juli 2019   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com/Biro Set Pres

Dalam wawancara khusus dengan Harian Kompas, Senin (1/7/2019), Jokowi berkata "Ya, bisa saja ada menteri umur 20-25 tahun, kenapa tidak? Tapi dia harus mengerti manajerial, dan mampu mengeksekusi program-program yang ada. Umur 30-an juga akan banyak," Sejak itu ramai dinarasikan wacana menteri anak muda, orang muda, pemuda, atau generasi milenial pada kabinet pemerintahan Jokowi kedua.

Meski definisi anak muda relatif dan subjektif, secara umum dipahami orang berumur 17 sampai 40 tahun. Ada juga berpendapat dibawah usia 60 tahun termasuk muda. Sebagian memaknai bukan soal usia,  umur boleh tua tapi jiwa tetap muda. Japto Soelistyo kini berusia lebih 69 tahun, hingga kini sudah 38 tahun menjabat Ketua Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila.

Anak muda memiliki karakter khas di antaranya bersifat; idealis, bersemangat, ide baru, luwes, dan pemberani. Namun kelemahannya; pengalaman kurang, cenderung sembrono, menilai sederhana persoalan pelik dan rumit, terkadang ugal-ugalan.  Karakteristik anak muda dapat mereformasi sesuatu kearah lebih baik, yang tidak pernah dibayangkan oleh orang tua.

Tetapi juga berisiko bila seorang anak muda memimpin kementerian yang menentukan hajat hidup orang banyak, bila tidak didampingi orang tua yang sudah berpengalaman menempuh berbagai rintangan dan persoalan yang terkait.

Presiden Jokowi  menciptakan dan mengelola isu anak muda untuk mendapatkan legitimasi seluas-luasnya terhadap pembagian kursi kabinet yang terbatas.

Sementara semua golongan harus terakomodasi, partai politik, profesional, gender, dan saat ini diciptakan isu anak muda. Akan ada lebih banyak kemungkinan kombinasi anggota kabinet yang dapat diciptakan agar memuaskan semua pihak dengan meminimalisasi jumlah orang sakit hati. Apakah untuk tujuan idealis atau hanya pemberian harapan palsu?

Secara politis, ucapan Presiden Jokowi dapat diartikan untuk  pembelaan melalui penggiringan opini dari beberapa kemungkinan kondisi yang melatar belakangi serta solusinya dari Jokowi.

Pertama, Jokowi menghendaki orang muda nonpartai yang telah berjasa dan loyal padanya untuk masuk dalam kabinetnya. Karena kursi menteri terbatas, partai-partai yang kebetulan tidak memiliki kandidat anak muda tidak berkecil hati.

Kedua, berdasarkan kompromi-kompromi politik elite dinasti kekuasaan di Indonesia, ada seorang atau beberapa anak muda dari dinasti partai yang secara politis strategis dikader dalam upaya regenerasi dinasti kekuasaan, dinasti politik keluarga.

Ketiga, Jokowi ingin merebut hati generasi muda dan milenial yang jumlahnya sangat signifikan di Indonesia. Kelompok ini juga merupakan pendukung politik identitas yang anti-pemerintah.

Terakhir, Jokowi memang idealis melibatkan sifat keunggulan anak muda semata-mata untuk membantu pembaharuan kabinet pemerintahannya menjadi lebih berkinerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline