Lihat ke Halaman Asli

Gin

Pembaca paper akhir pekan

Argentina dan "De-Javu" Piala Dunia 2002

Diperbarui: 22 Juni 2018   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya penggemar berat tim nasional sepak bola Belanda dan menjadi suporter setia mereka di setiap event empat tahunan, Piala Dunia. Setidaknya sejak pertama kali nonton bola di World Cup 1998 (waktu itu mereka kalah di semifinal lewat adu penalti melawan tim yang kemudian keluar sebagai runner-up, Brazil). 

Nahas, mereka juga kalah diperebutan tempat ketiga melawan tim yang baru pertama kali berpartisipasi di Piala Dunia, Kroasia.

Parahnya, empat tahun berselang timnas Belanda tidak berhasil melaju ke Piala Dunia Korea-Jepang. Jadilah waktu itu saya tidak memiliki jagoan. Sebagai gantinya, saya memilih mendukung timnas Argentina. 

Sebagai anak kelas 5 SD, sejujurnya pilihan itu lebih dipengaruhi oleh Om & Abang-abang saya waktu itu selain juga konsol Playstation yang menjadi mainan andalan kids zaman itu (Argentina punya Gabriel Omar Batistuta yang punya tendangan geledek, shot power 19 di berbagai game Winning Eleven).

Saya sudah tidak ingat waktu itu Argentina tergabung di grup apa. Yang saya ingat, mereka satu grup dengan Inggris, Nigeria, dan Swedia. Pikir saya, tentu itu mudah bagi timnas Argentina. Kalau tidak juara grup, minimal runner-up dibawah Inggris dan lolos ke babak selanjutnya.

Dan apa yang terjadi selanjutnya? Argentina TIDAK LOLOS fase grup! Menyedihkan. Meskipun berhasil mengalahkan Nigeria dipertandingan pembuka, mereka kemudian dikirim pulang kampung lewat tendangan pinalti David Beckham (dengan rambut mohawk-nya yang kemudian menjadi trend waktu itu), kalah dari Inggris dan hasil seri memilukan melawan Swedia di pertandingan terakhir. Ekspresi Batistuta waktu itu masih teringat sampai hari ini. 

16 tahun berlalu, cerita yang hampir mirip sepertinya akan terjadi. Piala Dunia 2018. Kali ini saya juga tidak memiliki jagoan andalan, timnas Belanda. Tidak seperti Piala Dunia 2002, kali ini saya menjadikan timnas Portugal (tim yang memiliki peran besar kegagalan Belanda melaju ke Korea-Jepang) sebagai alternatif jagoan (bukan berarti kapok mendukung Argentina tapi murni karena pengaruh Cristiano Ronaldo). 

Bagaimana timnas Argentina? Di Piala Dunia kali ini mereka memiliki sosok yang secara ekspos media lebih fenomenal dari Batistuta waktu itu, Lionel Messi (secara kemampuan belum tentu, karena keduanya bermain dengan style dan role yang berbeda). Mereka pun tergabung di grup D bersama Kroasia, Nigeria, dan Swedia.

Dan apa pula yang terjadi kali ini? Aw, de-javu itu sepertinya akan terjadi. Kembali satu grup dengan Nigeria, peran timnas Inggris sudah dijalankan oleh Kroasia (sebagai tim yang mengalahkan mereka). Islandia sebagai pengganti Swedia (kemiripan bendera) juga sudah menjalankan tugasnya sebagai pemberi hasil seri. Peran terakhir akan dilakoni timnas Nigeria sebagai satu-satunya yang berhasil dikalahkan Argentina. 

Tetapi apa yang terjadi selanjutnya? Argentina tidak lolos fase grup, jika Islandia sanggup mengalahkan Nigeria pada pertandingan malam nanti, dan bermain seri (main mata) pada pertandingan terakhir melawan Kroasia. 

Nasib lebih memilukan dan memalukan akan menimpa Argentina, sebab jika di Piala Dunia 2002 hasil seri tidak cukup untuk mengantarkan mereka lolos ke 16 besar, kali ini kemungkinan sebuah kemenangan justru mengantar mereka pulang kampung lebih awal.

Akankah de-javu? Bisa saja. Skenario akan berjalan mulus ketika Islandia sanggup mengalahkan Nigeria malam nanti.

Salam Olahraga..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline