Lihat ke Halaman Asli

Satria Adhika Nur Ilham

TERVERIFIKASI

Freelancer

Menjadi Ketua OSIS di Masa Pandemi, Banyak Program yang Gagal hingga Tak Dianggap Ada

Diperbarui: 20 Januari 2021   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Diary Satria #1

Dear Diary, kali ini aku ingin menceritakan sedikit tentang kisahku menjadi ketua OSIS di masa pandemi. Tentu, di kondisi pandemi seperti ini, menjadi ketua OSIS tidaklah mudah, banyak tantangan yang perlu dihadapi.

Sebelumnya, aku ingin mengisahkan ceritaku sewaktu dipilih menjadi ketua OSIS. Waktu itu, sekitar bulan Oktober 2019, aku sudah tidak berminat lagi bergabung dengan OSIS. Sejak kelas 7 SMP, aku sudah ikut OSIS dan sering kabur ketika rapat. Lucu ya, seharusnya aku berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik karena terpilih masuk OSIS, bukan malah kabur dari rapat.

Entah kenapa, waktu itu, di masa perekrutan OSIS baru, aku berpikir bahwa aku bisa berubah. Aku dikenal sebagai orang yang introvert alias pendiam. Namun, aku memiliki hasrat untuk bisa mengubah dan memperbaiki sistem di sekolahku. Memang, seharusnya aku tak berekspektasi besar ketika ingin menjadi ketua OSIS. Namun, karena waktu itu yang aku tahu hanyalah seorang pemimpin bisa melakukan segalanya, maka aku memutuskan untuk berani maju.

Pengalaman sewaktu kelas 7 tak membuat orang-orang di sekitarku menjadi enggan terhadapku, mungkin karena memang aku dikenal sebagai siswa yang baik dan patut dijadikan teladan. Walau, itu hanyalah ekspektasi mereka saja, aku tak pernah sebaik itu. Karena mereka melihatku pantas dijadikan panutan, siapa sangka, mereka mendukungku untuk menjadi ketua OSIS.

Ketika sosialisasi program masing-masing calon ketua OSIS disampaikan, aku membuat ide yang amat sangat visioner juga besar. Aku ingin menjadikan sekolahku sebagai sekolah yang religius, juga cinta literasi, dengan mengadakan pameran-pameran buku di sekolah, dan juga membuat pelatihan design bagi para siswa yang jago di bidang editing. Banyak program lain yang aku sebutkan, dan itu sudah cukup untuk membuat seluruh penonton bertepuk tangan atas ide-ideku tadi.

Singkat cerita, hari pemilihan pun tiba. Aku dan tiga kandidat lainnya duduk di kelas masing-masing menunggu kardus dan kertas coblos datang, dan pada hai itu kami semua dikumpulkan di ruang OSIS dan diberi tahu akan hasilnya. Tak kuduga, aku mendapat suara terbanyak, mungkin sekitar 300-an suara. Menjadi sebuah hal yang aneh nan unik, anggota OSIS yang dulunya sering kabur rapat, tiba-tiba terpilih menjadi ketua OSIS dengan suara terbanyak.

Aku bertanya pada teman-temanku, "Kenapa lo pada pilih gue?"

Jawaban teman-temanku bermacam-macam, ada yang bilang karena aku bijaksana, enak di ajak curhat, alim dan tidak banyak tingkah, dan lainnya. Jujur, dalam lubuk hati terdalam, aku punya ketakutan baru. Ya, aku takut mengecewakan teman-temanku.

Bagaimana rasanya menjadi ketua OSIS di masa pandemi?

Dokumen pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline