Lihat ke Halaman Asli

Alfian Arbi

Aquaqulture Engineer

Menjadi Ayah Rumah Tangga, Sensasi Menyalakan Kehangatan Keluarga

Diperbarui: 7 Maret 2018   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi I www.pexels.com

Kriiiingg.. Kringgg.. Kriing....  Suara alarm jam, yang slalu berisik di pagi hari, sengaja sih disetting di pukul 4 pagi, pada hari-hari kerja. Itu menjadi pertanda jika awal rutinitas harian mesti bersiap untuk dikerjakan.

Beberapa minggu setelah menjadi pasangan muda sejak November 2009 lalu, tak lantas membuat kami selalu berleha-leha, bercengkrama seperti layaknya film Romeo dan Juliet  di rumah saja. Segudang aktivitas pekerjaan di kantor tetap menjadi kewajiban sebagai perwujudan idealisme pasangan-karier  mudaini. 

Memulai hal disetiap paginya, ya sama-saja dengan yang lain kok, apalagi coba selain  menyalakan kompor di dapur, untuk memasak air. Simple sih, disinilah mungkin momen menyalakan kehangatan keluarga, terutama merasakan perhatian sang istri terasa.

"Noh, sudah, airnya mendidih, mas" ujar istriku yang selalu terdengar di setiap paginya, ketika membangunkan saya.

Bagi saja, dinginnya pagi hari selalu saja tertolong dengan air hangat buatan istriku untuk segera mandi, dan segera berangkat kerja. Pelak ini menjadi keahlian utama dia karena terus berulang saja setiap pagi, iya meski hanya bisa memasak air saja. Hah, suatu keahlian yang manfaatnya segudang-kan? Bila kita mau tetap men-syukurinya.

Ilustrasi I www.pexels.com

Apalagi, air panasnya itu lantas bisa digunakan menyeduh teh kek atau menyiram mie-instan untuk disantap sebagai sarapan pagi, selain untuk mandi tadi. Terserah saja orang bisa bilang ini aib istri atau apalah, untuk hal masak-memasak lho ya. Memang harus diakuin, istri saya memang belum jago kok -- mungkin nanti, dia harus banyak belajar memasak dan pasti jago dalam hal memasak untuk keluarga--.

Yah namanya saja pasangan-karier yang masih mengkal, saya bekerja dan kebetulan istri juga musti bekerja. Sehingga passion sebagai istri dalam urusan masak memasak harus terlewati. Solusinya masih ada warung makan kok, yang bisa dijadikan solusi. Beli saja, kelar urusan!

Saya selalu memahami keterbatasan sang istri saya tadi menjadi kelebihan, lewat segala macam faktor-faktor yang telah kami sepakati berdua. Melepaskan idealismeuntuk sama-sama bekerja, itu mungkin nomer satu yang utama, yang muaranya tentu menjadi kekuatan untuk dapat pula bersama-sama membantu membangun istilah kebahagian dan kemandirian keluarga  di masa depan dari sisi ekonomi.

*

Hah, waktu layaknya atlet sprinter  saja ya? Membawa kami masuk ke gerbang tahun 2015. Waktu yang terlewat secepat itu, kesannya hanya mengerjakan pekerjaan rutinitas itu-itu saja untuk menjadi "tua" di kantor.

Gimana coba, saya harus bergegas kerja mulai pukul 6 pagi hingga 6 malam. Karena bekerja sebagai minersdi sebuah lokasi tambang yang lumayan jauh dari tempat tinggal kami di Kalimantan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline