Lihat ke Halaman Asli

Alfian Arbi

Aquaqulture Engineer

Mulai Kini Daerah Marginal Kaltimtara, Tidak Gelap Lagi..

Diperbarui: 27 November 2016   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: finance.detik.com

Horeee. Warga terpencil di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimtara) kini telah dapat menikmati aliran listrik selama 24 jam, sejak oktober 2016 lalu, lho. Daerah itu mencakup daerah pedalaman yakni Muara Pahu, Atap, Tulin Onso, sebuku dan Sangkulirang. Dengan kepastian dan kemudahan pemasangan daya baru listrik masyarakat dari rumah ke rumah, pergerakan aktivitas ekonomi kecil dengan sendirinya akan bergairah.

Tingkat elektrifikasi di wilayah Kaltimtara memang mencapai 85% patut disyukuri, namun coverage dari ketersedian energi listrik belum menjangkau wilayah pinggiran dan wilayah terluar Kaltimtara lainnya. Padahal sumber daya alam di wilayah ini, terutama Migas dan SDA mineral sangat berlimpah, semestinya daerah ini menjadi wilayah  pertama yang menikmati pemerataan energy dan ketersedian SDA tersebut.

Program Nawa cita pemerintah RI yang akan menyasar  pembangunan wilayah marginal Indonesia akan dipertaruhkan dalam hal ini. Masalah pasokan BBM terutama solar oleh Pertamina sebagai penyuplai pembangkit listrik dan juga kebutuhan bahan bakar alat transportasi, akan menjadi kata kunci bagi pergerakan ekonomi Kaltimtara secara luas lagi. Karena tidak dapat dipungkuri, pembangkit listrik yang diandalkan di Kaltimtara, masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbahan bakar solar. Kedepan juga harus ada alternative lain, dalam usaha memprioritaskan distribusi solar bagi kebutuhan pokok masyarakat Kaltimtara selain pemenuhan bahan bakar listrik tadi.

Ancaman Masalah Byar Pet Kaltim di tahun 2004an..

Masih ingat dulu, pada awal tahun 2004-an, sebagian besar energi listrik di Kaltim yang dipasok dari sistem Mahakam, mengalami defisit daya,  sehingga pemadaman listrik secara bergantian menjadi solusi yang dilakukan di wilayah Kaltimtara. Pemadaman disebabkan karena direncanakan dan spontan. Direncanakan berkaitan dengan pemeliharaan rutin mesin pembangkit dan saluran udara (kabel) tegangan. Secara spontan dikarenakan terjadi gangguan dari pembangkit listrik, serta tersendatnya pasokan bahan bakar solar dan pemakaian secara berlebihan oleh pelanggan.

Dengan pertumbuhan penduduk kaltim yang terus meningkat, menyebabkan permintaan energy listrik pun baertambah. Peningkatan permintaan energy  listrik tentu otomatis akan meningkatkan peningkatan pasokan distribusi penyaluran bahan bakar solar bagi pembangkit listrik di Kaltimtara.

Sistem Mahakam yang menjadi penyangga kebutuhan dasar listrik di Kaltimtara masih bertumpu atas PLTD yang berbahan bakar solar, sebut saja pada tahun 2004 lalu membutuhkan bahan bakar solar sebanyak 151.196 juta liter solar. Di tahun 2005 naik 33 % menjadi 225 juta liter. Namun secara umum pasokan bahan bakar ini masih kurang. Kebutuhan solar idealnya 321 juta liter solar, tetapi pasokan solar hanya 301.422 juta liter solar sehingga kurang 19.597 juta liter solar. Kurangnya pasokan ini akan menggangu pada turunnya kemampuan mesin dalam membangkitkan daya listrik. Saat daya listrik kurang, mau tidak mau pasokan listrik berkurang juga, sehingga dilakukan pemadaman listrik secara bergiliran.

Sumber: EnergiToday.com

Realitas listrik byar pet itu sangat terasa sekali di tahun 2004-2005 lalu, dikala ketersediaan bahan bakar solar menjadi langka karena harga minyak dunia meroket dan langka. Efeknya akan menjalar bagi ketersediaan energi listrik dan stabilitas harga pokok dalam menggerakkan roda ekonomi Kaltimtara. Dan sepertinya hal ini harus menjadi pelajaran sehingga tidak terjadi lagi di masa yang akan datang ya.

Pertamina selalu ada buat kita..

Bisa kita bayangkan, dengan kondisi geografis Kaltimtara yang rumit,  dengan cakupan medan yang luas, hutan, dan anak anak sungai, rupanya membuat PT Pertamina tidak menyerah dalam memasok BBM solar untuk dapat dinikmati warga di pelosok wilayah ini. PT Pertamina di tahun ini telah mencoba cara baru dalam distribusi solar, dengan menggunakan pesawat terbang. Wah, Hal itu tentunya akan menjadi pilot project dalam pendistribusian solar ke daerah terpencil lainnya nanti di wilayah timur Indonesia.

Sumber: kalimantan.bisnis.com

Mulai juni 2016 lalu, cara ini telah ampuh mendistribusikan BBM solar menggunakan pesawat terbang ke daerah terpencil seperti daerah krayan dengan membawa 1000 liter solar. Hal ini tentu menggembirakan bagi warga Kaltimtara yang tercekik dengan harga solar yang melangit, sekitar Rp 60 ribu perliter, selain harga barang pokok lainnya. Distribusi solar via jalur udara yang diberi nama air tractor itu bisa mendistribusikan solar kapasitas 4000 liter nantinya.Harus diakui, pengiriman solar dengan menggunakan jalur air, yakni kapal sembako telah menyebabkan pengiriman berlangsung lama. Dan menghambat pembangunan daerah marginal.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline