Lihat ke Halaman Asli

Lelaki Tua Menghadap Kiblat

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Episode 2.

Yaa sudah…desah suara hati melepas keluh lepas napas panjang lelaki tua menghadap kiblat, mata memandang kekejauhan menerawang kehampaan, sesal kemudian, ada. menarik napas dalam lepas. jari mengempit batang berujung bara, bibir tergetar menghisap lepas kepulan kenikmatan, kabut asap mengepul menutup wajah tua, rambut beruban tak berubah semakin merambah wajah keriput. terbatuk-batuk meludah menghela napas satu-satu menunggu penantian dalam kesendirian.

.

Episode 1

Saat itu lelaki tua tidak ada pilihan diantara himpitan kehidupan terhantam empat kekuatan tiada bisa mengelak, menghujam dalam relung hati yang paling, mata nanar melihat saat buah hati kesayangan melambaikan tangan cucu si kecil memandang tanpa dosa, melakukan perjalan panjang. ketidakpastian semakin mengubur si lelaki tua, tak berdaya tiada tangan menjangkau, lepas semua angan tinggal dalam kesendirian, semua meninggalkan ternyata. terbatuk-batuk meludah menghela napas satu-satu menunggu penantian dalam kesendirian

.

Episode 0

Dzikirulloh tak terperi terpancar bak senandung dawai biola mengalun menyanyat rintih batin, lelaki tua sujud lantunkan rintihan gending lara brata ning neng nung neng ning bagai kedahagaan bumi dikemarau tanah gersang merekah, menunggu tetes embun pagi. Lelaki tua duduk sendirian menghadap kiblat, terbatuk-batuk meludah menghela napas satu-satu menunggu penantian dalam kesendirian

.

Episode 3

Sayup terdengar getaran rasa sesal melantun surah Yaasiin mendayu mengetarkan bibir lelaki tua, suara lirih surah Al Fatihah, sesudahnya. Dalam sujud menghadap kiblat lelaki tua berguman kepedihan tak terperi, ‘ini salahku…ini dosaku… ini laknatku… terbatuk-batuk meludah menghela napas satu-satu menunggu penantian dalam kesendirian.

.

Episode cerita di Panti Jompo

Lelaki tua duduk dibawah pohon, menghadap klibat. “beliau sudah lima tahun yang lalu saat umur delapan satu tahun dibawa kesini. istrinya meninggalkan dia selagi masih sehat dulu, hartanya habis dibagi anaknya semua, (episode 1), dan selalu setiap pagi dia minta duduk disitu menghadap kiblat (episode 0, 3). dulu orang terpandang pejabat negeri, harta melimpah, dulu perokok, sekarang tidak, gerak tanganya masih seperti orang perokok (episode 2), anak-anak dan cucunya sudah hampir tiga tahun tidak pernah menyambangi,  hartanya habis dijual anak2nya, teman-teman beliau sudah pada meninggal, ngajinya dan sholatnya sambil duduk, beliau pernah mengakui waktu menjabat dapat hartanya tidak karomah/korupsi, (episode 3) cerita beliau tiga tahun yang lalu, setelah itu tidak pernah mau bicara, hanya doa dan penyesalan yang sering terdengar tidak jelas” kata pengurus Panti Jompo, saat aku menyambangi panti Jompo dan melihatnya sesak dada rasanya, menjadi inspirasi tulisanku….

salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline