Lihat ke Halaman Asli

Sari Yahya

Mahasiswa di Unnes.

Kepentingan Kolonial Belanda di Irian Barat Selama Proses Revolusi Kemerdekaan

Diperbarui: 30 November 2021   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sari Yahya

Temen-temen setia Kompasiana, belajar sejarah itu enak loh. Contohnya melalui artikel di bawah ini, di simak yahhh hehe

    Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang di jajah oleh kolonial Belanda dalam waktu yang cukup lama loh. Lah karena ada perkembangan makanya aktor penjajahan pada tahun 1942 berganti ke tangan Jepang hingga pada 17 Agustus 1945 ketika Indonesia berhasil mencapai revolusi kemerdekaan dari pihak Jepang. 

    Eh rupanya belum selesai loh permasalahannya. Jadi pasca peristiwa tersebut perjuangan belum berakhir karena Belanda dengan membonceng rombongan tentara Sekutu dan NICA berencana untuk menguasai Indonesia kembali. Berbagai konfrontasi dan diplomasi terjadi hingga pelaksanaan KMB (Konferensi Meja Bundar) pada 23 Agustus sampai 2 November 1949 di Den Haag  Belanda. Pada konferensi tersebut, Indonesia-Belanda berhasil mencapai beberapa kesepakatan salah satunya berupa pengakuan kedaulatan RIS dari pihak Belanda. Sedangkan untuk permasalahan tentang Irian Barat akan diselesaikan di kemudian hari. Hal ini menandakan bahwa permasalahan tersebut masih belum selesai karena kedua belah pihak secara tegas mengeklaim mempunyai hak atas Irian Barat.

Nah, sebenarnya apa si yang menyebabkan Belanda tetap kekeuh itu. Mari terus di simak.

    Yang pertama ada pandangan yang menyebut bahwa masyarakat Irian Barat itu secara etnis maupun kultural bukan bagian dari lingkungan Indonesia lo sob, pandangan ini disampaikan oleh Menteri Maarseveen di Den Haag ketika konferensi berlangsung.

    Sebagai negara yang baru saja merdeka mereka menganggap bahwa, Indonesia belum mampu dan layak membangun kesejahteraan dan kemajuan di Papua mengingat betapa masih terbelakangnya wilayah tersebut.

    Yang ketiga ada dukungan dari Parlemen Belanda terutama dari golongan Protestan dan partai Liberal yang menyatakan kalau Belanda itu harus menguasai Irian Barat sebagai bentuk tanggung jawab karena telah melakukan penyebaran agama Kristen di Irian Barat pada 1855.

    Bagi Belanda, Irian Barat mampu dimanfaatkan sebagai alternatif persoalan kepadatan penduduk pasca tragedi repatriasi orang Belanda dari Indonesia. Iya bener nih karena penduduknya masih sedikit.

    Semua hal di atas, diperkuat dengan adanya fakta bahwa Belanda menyadari akan keuntungan ekonomi di Irian Barat dimana wilayah ini sangat kaya akan sumber daya alam seperti bauksit, emas, minyak bumi, perak, dan nikel. Jadi intinya, Irian Barat hanya dimanfaatkan oleh Belanda.

Faktor-faktor di atas bisa di bilang sangat menguntungkan ya bagi Belanda. Maka ya tidak heran jika Belanda sangat tegas dalam keputusannya untuk tetap menguasai Irian Barat. 

Penyerahan Irian Barat

Kekuasaan Belanda ini, pada akhirnya runtuh juga tepatnya setelah Ir. Soekarno membentuk Komando Operasi Militer Mandala yang menyebabkan kekuasaan Belanda di Irian Barat menjadi tidak stabil dan memicu adanya Perjanjian New York pada 15 Agustus 1962. Perjanjian ini berisi penyerahan kekuasaan Belanda di Irian Barat kepada Untea (United Nations Temporary Executive Authority), jadi tidak langsung diserahkan kepada Indonesia tetapi melalui perantara. Sedangkan penyerahan administrasinya terjadi pada 1 Oktober 1962. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline