Lihat ke Halaman Asli

Sanusi at Maja

Da'i/ Alumni Pasca Unira Malang

Perjuangan serta Upaya para Pelajar Dusun Simpang Samid

Diperbarui: 18 Februari 2021   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/Dusun Simpangsamid

Pandemi covid-19 telah mengubah banyak kebiasaan umat manusia di muka bumi, mengubah pola interaksi masyarakat di lingkungan, tempat-tempat ibadah, faskes, pasar tradisional maupun supermarket dan kedai-kedai. Imbasnya juga mempengaruhi pola belajar mengajar peserta didik di semua tingkatan.

Secara kebetulan di keluargaku ada yang sedang menempuh pendidikan TK,SD, SMP dan saya sendiri sedang menempuh pendidikan Magister PAI di Unira Malang.

Keadaan ini menjadikan aku, mungkin kita semua, menjadi terbiasa dengan belajar daring, walau setiap bulannya menghabiskan beratus giga kuota. Tidak masalah, yang penting lancar proses belajar.

Memang, semuanya adalah sebuah proses yang harus dilalui. Awalnya kami bertahan dengan paket kuota salah satu provider internet,  tetapi lama-lama kewalahan juga karena semakin hari semakin banyak tugas dan pertemuan via daring.

Akhirnya kami memutuskan untuk pasang Wifi. Dengan cara demikian satu masalah bisa diatasi, karena dengannya hampir tidak ada kendala dengan jaringan.

Pada awal bulan Februari ini, singkat kata kami memutuskan untuk berlibur ke rumah orang tua di Sukabumi. Tempatnya cukup jauh dari pusat kota, tepatnya di dusun Simpangsamid, Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah.

Memang dari kota Sukabumi ke arah pantai ujung genteng telah terbentang jalan beraspal, namun untuk masuk ke desa-desa di sepanjang jalur ini cukup memprihatinkan.

Dokpri/jalan Desa

Jalan-jalan di beberapa desa masih tanah merah, kalau hujan kondisinya sangat buruk, di badan jalan seperti bubur, kendaraan susah lewat, sangat licin dan membahayakan.

Kondisi demikian seperti Dusun Simpangsamid, tempat di mana mertua kami tinggal yang tengah kami kunjungi saat ini.

Seorang pemuka dusun, sebut saja Mas Loso sempat bertemu dan menceritakan kisah pahitnya: Ketika ada saudaranya yang sakit di musim penghujan, terpaksa harus di tandu untuk melewati jalanan licin sepanjang 3 km, untuk sekadar berobat ke puskesmas yang terletak di kota Kecamatan Bojonglopang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline