Lihat ke Halaman Asli

Prabowo-Habib Rizieq, Di antara Romansa Sahabat dan Tugas sebagai Pejabat

Diperbarui: 20 November 2020   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

Dimanakah Menhan  ?Akankah diam dan terus menanam singkong sampai terjadi "Perang" Sesama Saudara  ?

NARASI di atas merupakan cuitan twitter dari pemilik akun @NenkMonica. Dilihat dari cuitannya, pemilik akun ini jelas sedang mengungkapkan rasa kecewa terhadap Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. 

Seperti diketahui, hari ini, Jumat (20/11/20) tengah viral aksi TNI AD yang mencopoti segala atribut yang berbau Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Muhamad Rizieq Shihab alias Habib Rizieq Shihab (HRS). Mulai dari spanduk, baliho dan banner, di Petamburan, Jakarta. 

Schreensot akun twitter Monica

Langkah yang dilakukan TNI AD atas perintah Pangdam Jaya, Mayor Jendral Dudung Abdul Rachman tersebut memang sedikit off side. Pasalnya, tugas tersebut sejatinya kewajiban Satpol PP. 

Namun, lupakan hal tersebut. Saya kira, Mayor Jendral Dudung mempunyai alasan jelas, kenapa pihaknya melakukan pencopotan terhadap segala atribut berbau HRS. 

Persoalannya, pencopotan atribut HRS itu bisa saja memantik kemarahan publik. Khususnya pendukung fanatik HRS. Jika ini terjadi, bisa dipastikan akan cukup banyak menelan korban jiwa diantara kedua belah pihak. 

Bukan perkara menang kalah. Tapi, masalah kondusifitas keamanan negara. Lagi pula yang dihadapi TNI AD ini bukan musuh dari belahan dunia lain, tetapi masih sesama warga negara Indonesia. 

Jika HRS dan kelompoknya bersalah, saya pribadi pun bisa mengatakan dengan pasti. Ya, mereka bersalah. Sebab, telah membuat gaduh publik dengan mengundang kerumunan massa dengan jumlah besar. Padahal, situasi negara sedang dilanda wabah pandemi virus Korona (Covid-19). 

Dalam hal ini, HRS dan kelompoknya seolah tak mengerti aturan yang telah ditetapkan pemerintah tentang prtotokol kesehatan. Mereka pula seperti menganggap negara ini cetek dan tidak memiliki keberanian untuk menindak tegas. 

Arogansi dan rasa pede kelewat tinggi ini membuat HRS lupa. Manusia pengecut dan penakut pun bila terus menerus menghadapi tekanan bisa berbuat nekat dan balik menyerang. Apalagi ini negara. Mereka bukannya ciut dengan show offorce ala HRS. Akan tetapi lebih ke arah menghindari konflik internal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline