Lihat ke Halaman Asli

Hati-hati Pak Prabowo, Bahaya Mengintai Anda!

Diperbarui: 26 Juli 2020   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

RIUH rendah diskurus publik tentang isu dinasti politik dalam beberapa waktu belakangan ini, seolah menenggelamkan beberapa hasil lembaga survei soal tingkat elektoral para kandidat yang digadang-gadang bakal maju pada kontestasi Pilpres 2024.

Pada dasarnya, tidak ada yang terlalu istimewa dari isu dinasti politik ini. Sebab, kultur melanggengkan kekuasaan kekerabatan atau sedarah ini bukan perkara baru terjadi di tanah air. Alias, politik dinasti telah sejak lama terjadi di Indonesia, terutama di tataran daerah provinsi atau kabupaten/kota.

Sangat beralasan, dengan banyaknya politik yang terjadi di daerah, maka muncul istilah "Raja Kecil". Ya, sejatinya dinasti politik memang kerap terjadi di masa-masa kerajaan atau kekaisaran.

Kenapa, kali ini isu dinasti politik seolah menjadi hal yang sangat penting untuk diperbincangkan?

Dalam pandangan saya, pemantiknya adalah muncul putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), gibran Rakabuming Raka, yang maju pada Pilwakot Solo.

Tidak ada yang salah, jika putra seorang penguasa ingin melanjutkan ayahnya berkecimpung dalam kancah politik praktis. Toh, itu adalah hak seluruh warga negara Indonesia.

Hanya saja, mungkin proses majunya Gibran ini adalah "karbitan" atau terkesan dipaksakan. Betapa tidak, ayah dari Jan Ethes ini belum genap setahun terdaftar jadi kader PDI Perjuangan. Artinya, dari segi pengalaman berpolitik boleh dibilang masih sangat minim.

Selain itu, kesan syahwat melanggengkan kekuasaan ini makin mencuat, setelah pada proses mendapatkan rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan, Gibran menyingkirkan Ahmad Purnomo, yang di atas kertas menang segalanya. Selain jauh lebih senior dalam segi pengalamannya berpolitik, pria 71 tahun ini juga adalah petahana. Saat ini, Purnomo menjabat sebagai Wakil Wali Kota Solo.

Mungkin, itulah mengapa hasil survei elektoran para kandidat Pilpres kurang begitu diperhatikan oleh masyarakat umum. Padahal, dalam beberapa hasil lembaga survei terakhir ada hal cukup menarik.

Menariknya adalah fluktuasi tingkat elektabilitas para kandidat terus berubah-ubah. Ini menandakan belum ada satu calon pun yang benar-benar aman atau dominan, sehingga dianggap paling layak dan memiliki peluang paling besar memenangi kontestasi pemilihan umum untuk pemimpin negeri ini.

Awalnya, banyak yang percaya bahwa Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto sebagai kandidat yang memiliki peluang paling besar untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024. Hal ini tak lepas dari hasil elektabilitasnya yang selalu menduduki posisi teratas berdasarkan hasil beberapa lembaga survei.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline