Lihat ke Halaman Asli

salman imaduddin

Komunitas Ranggon Sastra

Nyanyian Itu

Diperbarui: 9 Juli 2020   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu, ibumu ibuku ibu bumi kita semua. pengamen di pintu angkot mengelantungkan nada perutnya yang lirih. senanndung rindu lantai putih dalam rumah ingatan

Ibu, ibumu ibuku ibu bumi kita semua. sahabat-sahabat melantangkan suaranya yang haus. serat, hanya minum kopi dan segelas anggur geratisan dini hari. bukan foya-foya tapi hanya ini hiburannya.

menengok aspal panas dan sendal jepit, sepiring nasi hangat diwarteg sebrang jalan sendok garpu dan piring berperang dalam buruan mahasiswa kelaparan. pengamen keliaran huru hara kenalpot rambu kota.  perkumpulan-perkumpulan tak redakan dahaga perkotaan. tenggorokan dawai karat gitar kopong kering terbawa masa

Ibu, ibuku ibumu ibu bumi kita semua. pengamen kritisi penghuni angkutan kota. mahasiswa kritisi kantong rektornya. sementara diberi nasi hangat dan dipajang namanya di media, ia menjadi gila. tergila-gila. 

membaca air kencing di tembok-tembok kampus. selalu berakhiran huruf i
mengapa kejujuran kini terdegradasi? sementara keserakahan berapi-api di moncong badut oligarki?

Ibu, ibuku ibumu ibu bumi kita semua. suara merdu pengamen dalam angkot ngebut. di pinggir penyebrang jalan aku tertinggal menyebrang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline