Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Safi

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Aliran Syiah dan Sejarahnya

Diperbarui: 3 Januari 2024   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Syiah, yang secara harfiah berarti "pengikut Ali," adalah cabang terbesar kedua Islam, dengan sekitar 10-15% populasi Muslim global. Sejarahnya kaya dan kompleks, terjalin dengan kisah-kisah cinta dan kesetiaan, perselisihan dan pergolakan. Artikel ini akan memberikan gambaran sekilas tentang perjalanan Syiah, mulai dari masa Nabi Muhammad hingga perkembangannya di dunia modern.

1. Awal Mula Syiah

Kemunculan Syiah dapat ditelusuri kembali ke masa awal Islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 M, umat Islam dihadapkan pada pertanyaan kritis: siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin umat? Ada perbedaan pendapat di kalangan sahabat Nabi mengenai hal ini. Sebagian besar mendukung Abu Bakar, yang akhirnya menjadi khalifah pertama, sementara sekelompok kecil, yang kemudian dikenal sebagai Syiah, berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi, telah ditunjuk oleh Nabi sendiri sebagai penerusnya.

Keyakinan Syiah didasarkan pada beberapa hadis (riwayat ucapan atau perbuatan Nabi) yang mereka tafsirkan sebagai bukti pengangkatan Ali. Salah satu hadis yang paling terkenal adalah peristiwa Ghadir Khum, di mana Nabi, dalam perjalanan kembali dari haji, berhenti di sebuah tempat bernama Ghadir Khum dan mengumpulkan semua umat Islam yang hadir. Di sana, beliau mengangkat tangan Ali dan berkata, "Man kuntu mawla fa-haza 'Aliyun mawla" (Siapapun yang aku menjadi pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya). Peristiwa ini, dan hadis-hadis lainnya, dipandang oleh Syiah sebagai bukti kenabian tentang imamah Ali.

2. Perkembangan Syiah dan Pembentukan Aliran

Selama beberapa abad berikutnya, Syiah menghadapi berbagai tantangan dan perpecahan. Mereka terlibat dalam beberapa konflik politik dan militer, termasuk Perang Siffin dan Pertempuran Karbala, di mana Imam Husain, cucu Nabi dan putra Ali, dibunuh bersama para pengikutnya. Peristiwa Karbala menjadi peristiwa penting bagi Syiah, yang memperingatinya setiap tahun dengan penuh duka dan penghormatan.

Selain itu, Syiah juga mengalami perpecahan internal terkait dengan kepemimpinan Imam setelah Ali. Kelompok-kelompok berbeda muncul dengan keyakinan mereka tentang siapa yang berhak menjadi Imam berikutnya. Dua aliran utama yang muncul adalah Syiah Dua Belas Imam (Imamiyah) dan Syiah Ismailiyah. Syiah Dua Belas Imam percaya bahwa hanya dua belas Imam, keturunan langsung dari Ali melalui putranya Husain, yang memiliki otoritas keagamaan dan politik tertinggi. Sementara itu, Syiah Ismailiyah mengikuti Imam yang berbeda dan memiliki struktur kepemimpinan yang berbeda.

3. Syiah di Dunia Modern

Saat ini, Syiah merupakan komunitas Muslim yang besar dan beragam. Mereka tinggal di berbagai negara di seluruh dunia, dengan Iran sebagai negara dengan populasi Syiah terbesar. Syiah telah memainkan peran penting dalam sejarah dan budaya Islam, memberikan kontribusi signifikan dalam bidang filsafat, teologi, hukum, seni, dan sastra.

Meskipun sering menghadapi tantangan dan diskriminasi, Syiah terus berkembang dan berkontribusi pada dunia Islam dan dunia secara keseluruhan. Mereka dikenal dengan semangat keadilan, kesetaraan, dan cinta keluarga Ahl al-Bayt (keluarga Nabi Muhammad).

4. Tokoh Penting dalam Sejarah Syiah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline