Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

"Partai Milenial" di Pilpres 2019

Diperbarui: 18 Agustus 2018   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: nusantara.news

Saya membayangkan sebuah partai bayangan akan muncul di Pemilu 2019, namanya "Partai Milenial", yang boleh jadi akan menjungkirbalikkan semua warisan dan legasi kita tentang Pemilu di Indonesia.

Alasannya jelas: berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik), piramida penduduk Indonesia, warga yang berusia 17 sampai 38 tahun diperkirakan mencapai sekitar 35 sampai 40% dari total jumlah penduduk Indonesia di tahun Pemilu 2019.

Dalam deskripsi yang lebih gamblang, seperti dikutip banyak media pada 14 Februari 2018, Bambang Brodjonegoro, Kepala Bappenas mengatakan, "Komposisi penduduk Indonesia usia muda yang berusia 20-34 tahun... (generasi milenial) sebanyak 90 juta jiwa".

Angka 90 juta tersebut adalah perkiraan minimal yang mengacu pada angka Proyeksi Penduduk BPS 2010-2035, yang menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia pada 2020 diproyeksikan sekitar 271 juta jiwa. Artinya, angka proyeksi 2020 ini tidak akan berbeda jauh dari jumlah riil penduduk pada 2019. Dan 35 persen terhadap 271 juta jiwa sekitar 95 juta jiwa.

Jika dikaitkan dengan Pemilu 2019, angka 95 juta jiwa itu tentu bukan angka kecil. Bahkan boleh disebut sangat besar. Sebab dalam sejarah 4 kali Pemilu paska Reformasi (1999, 2014, 2009 dan 2014), hanya tiga Parpol yang pernah meraih suara di atas 20 juta suara nasional. Dan suara tertinggi yang pernah dicapai oleh Parpol sebesar 35,6 juta (34 persen), oleh PDIP pada Pemilu 1999 (lihat gambar tabel).

Dokumen pribadi

Dengan kata lain, bahkan jika diasumsikan bahwa hanya separuh atau sepertiga dari 95 jutaan suara milenial itu yang berpartisipasi aktif dalam Pemilu 2019, tetap saja berpotensi menjadi penentu keterpilihan pasangan Capres-Cawapres pada 2019.

Perkiraan ini, tentu bisa didebat dengan argumen: pilihan Capres-Cawapres belum tentu sama dengan pilihan Parpol. Namun karena sistem pemilihan serentak (Pilpres dan Legislatif) ini baru pertama kali dilakukan pada Pemilu 2019, maka untuk sementara diasumsikan bahwa pilihan Parpol akan cenderung paralel dengan Pilihan Capres-Cawapresnya.

Meskipun di atas kertas "Partai Milenial" cukup potensial dilihat dari potensi suaranya, namun terdapat beberapa catatan menarik terkait generasi milenial di Indonesia:

Pertama, sebagian generasi milenial Indonesia, sudah mengikuti Pemilu pertama paska Reformasi (Pemilu 1999). Anehnya, ribut-ribut soal pengaruh generasi milenial ini baru mulai sayup-sayup terdengar pada Pemilu 2014, dan semakin kencang pada Pilkada serentak, 27 Juni 2018. Dan bisa dipastikan bakal semakin kencang pada Pemilu 2019 nanti.

Dan seperti diketahui, batasan tahun kelahiran generasi milenial sebenarnya tidak saklek. Namun artikel ini lebih mengacu pada dua batasan usia generasi milenial, yaitu  United States Census Bureau, yang menggunakan tahun 1982--2000 sebagian acuan tahun kelahiran generasi milenial. Dan juga Pew Research Center mendefinisikan Milenial sebagai orang yang lahir mulai dari tahun 1981, tanpa penentuan batas akhirnya. Dan saya cenderung memilih defenisi acuan Pew Research Center.

Karena itu, boleh dibilang, sebagian besar aktivis muda Indonesia, yang sudah masuk dan aktif di berbagai Parpol, mulai dari generasi 1998 sampai sekarang, adalah kategori generasi milenial. Selain itu, mayoritas aktivis relawan dua pasangan Capres-Cawapres 2019 juga adalah generasi milenial. Artinya juga, generasi milenial sudah tersebar, dan karena itu, soliditasnya tidak terlalu kental.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline