Lihat ke Halaman Asli

Ketika Kredo dalam Periklanan Telah Menembus Batas (Kontemplasi dari Brand Gardener)

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"STOP! Tolong jangan racuni saya dengan kredo Segmenting, Targeting, Positioning lagi! Cukup sudah kita bergumul dengan paradigma konservatif yang entah bertahan sampai kapan! Kita harus menjadi penggebrak dalam dunia advertising, dan saya rasa semua orang bisa!"

Saya pribadi tidak mengenal siapa Handoko Hendroyono karena kami tidak pernah bertatap muka secara langsung. Perkenalan hanya terjadi pada sebuah medium yang dinamakan tulisan. Perkenalan yang tidak interaktif karena sifatnya satu arah. Namun melalui bukunya Brand Gardener, saya yakin beliau bukan orang biasa, meskipun mungkin karyanya bukanlah avant-garde dalam dunia periklanan. Cara dia bertutur membuka mata hati siapapun yang peduli dengan bidang advertising, brand management, dan marketing communications. Sederhana namun tidak menggurui.

Iklan, baik print-ads ataupun TV Commercial tidak melulu berkubang dalam estetika, teknologi, penyampaian pesan, dan sederet hal konservatif lain yang berujung pada peningkatan image atau penjualan sebuah produk atau brand, tetapi juga harus realistis dan bisa menyentuh kehidupan sosial. Penyajian iklan yang imajinatif dengan maksud membangkitkan theatre of mind di benak konsumen perlu, namun untuk saat ini pendekatan persuasif kepada masyarakat lebih diperlukan dibandingkan hal-hal diatas.

Kerjasama yang cantik harus dibangun oleh advertising agency, klien, dan production house. Ketiganya tidak dapat berdiri terpisah. Ketiganya harus berdiri sejajar bergandengan mesra agar tujuan diatas tercapai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline