Lihat ke Halaman Asli

Wan Riyansyah Febrito

Universitas Mercu Buana

Saya Ingin Bahagia: Etika Eudaimonia Aristotle

Diperbarui: 19 Juni 2023   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cermati.com

Bahagia adalah sebuah konsep yang melibatkan perasaan dan keadaan emosional yang positif dan menyenangkan. Kata "bahagia" sering digunakan untuk menggambarkan keadaan kegembiraan, kepuasan, dan kebahagiaan yang mendalam. Ini adalah kondisi di mana seseorang merasa senang, puas, dan merasa hidupnya memiliki nilai dan makna.

Bahagia dapat dipandang sebagai tujuan hidup bagi banyak orang. Setiap individu memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang membuat mereka bahagia, tetapi umumnya, bahagia berhubungan dengan kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial. Ini melibatkan kepuasan diri, rasa keseimbangan, hubungan yang memuaskan, pencapaian pribadi, dan rasa berkontribusi kepada masyarakat.
Perasaan bahagia seringkali terkait dengan emosi positif lainnya seperti sukacita, kegembiraan, damai, sukse, dan cinta. Bahagia bukan hanya keadaan jangka pendek yang didapatkan dari kejadian-kejadian tertentu, tetapi juga mencakup keadaan jangka panjang yang melibatkan kepuasan hidup secara keseluruhan.

Bahagia bisa berasal dari berbagai sumber. Beberapa orang menemukan kebahagiaan dalam pencapaian akademik atau profesional, sementara yang lain menemukannya dalam hubungan dan ikatan sosial dengan orang lain. Aktivitas yang dianggap menyenangkan, seperti hobi, olahraga, seni, atau melakukan pekerjaan sukarela juga dapat memberikan kebahagiaan.

Penting untuk diingat bahwa bahagia adalah pengalaman yang sangat subjektif dan dapat bervariasi antara individu. Apa yang membuat seseorang bahagia mungkin tidak berlaku untuk orang lain. Terkadang, standar sosial dan budaya dapat mempengaruhi persepsi kita tentang apa yang dianggap sebagai kebahagiaan.

Menjaga kebahagiaan adalah proses yang berkelanjutan dan melibatkan berbagai aspek kehidupan. Hal ini melibatkan menerima diri sendiri, memelihara kesehatan fisik dan mental, mengelola stres, membangun hubungan yang positif dengan orang lain, mengejar tujuan dan minat pribadi, serta menghargai hal-hal kecil dalam hidup.

Perlu dicatat bahwa bahagia bukan berarti tidak mengalami kesedihan, kekecewaan, atau tantangan dalam hidup. Ini adalah pengakuan bahwa emosi negatif juga merupakan bagian alami dari kehidupan. Bahagia adalah kemampuan untuk mengatasi kesulitan, membangun ketahanan, dan menemukan makna di tengah tantangan.

Pada akhirnya, bahagia adalah pencarian yang personal dan unik bagi setiap individu. Tidak ada rumus ajaib yang dapat memberikan kebahagiaan instan, karena setiap orang memiliki preferensi dan nilai-nilai yang berbeda. Penting untuk menjaga keseimbangan dalam hidup dan menghargai momen-momen kecil yang membawa kebahagiaan.

Hubungan antara bahagia dan filsafat adalah kompleks dan telah menjadi topik yang diperdebatkan dalam sejarah filsafat. Filsafat, sebagai disiplin yang berusaha memahami eksistensi, makna hidup, dan kondisi manusia, secara alami terkait dengan pertanyaan tentang bahagia dan bagaimana mencapainya.

Beberapa pemikir filsafat terkenal telah mengemukakan pandangan mereka tentang kebahagiaan dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang konsep ini.

Aristoteles, salah satu filsuf Yunani kuno, mengembangkan konsep eudaimonia yang sering diterjemahkan sebagai "kebahagiaan" atau "kesejahteraan terbaik". Baginya, eudaimonia bukanlah sekadar kesenangan atau kepuasan jangka pendek, tetapi pencapaian penuh potensi manusia dan hidup yang bermakna secara moral. Menurut Aristoteles, eudaimonia dapat dicapai melalui praktik kebajikan moral dan kehidupan yang seimbang.

Filsuf Jerman Immanuel Kant menyatakan bahwa bahagia bukanlah tujuan langsung dari etika. Bagi Kant, kebahagiaan terkait dengan keinginan dan kecenderungan pribadi yang dapat bervariasi dari individu ke individu. Sebaliknya, Kant berpendapat bahwa etika berpusat pada kewajiban moral dan bertindak sesuai dengan aturan moral yang universal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline