Lihat ke Halaman Asli

Ryan M.

TERVERIFIKASI

Video Editor

Seperti Inilah Wajah Kompasiana Dulunya

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424510291450393002

[caption id="attachment_352285" align="aligncenter" width="600" caption="Tampilan Kompasiana saat ini (screenshot)"][/caption]

“TIDAK tahan juga untuk tidak bereaksi, setidak-tidaknya di blog ini, menyikapi kenaikan harga gas elpiji. Baru akhir Juni lalu Pertamina menaikkan harga elpiji ukuran 12 kilogram, kini dua bulan kemudian harga itu naik lagi, dari yang semula Rp 63.000 menjadi 69.000. Saya tentu harus merogoh kantong lebih dalam lagi manakala harus membeli elpiji, juga orang lain tentu yang hidupnya sangat bergantung kepada gas alam cair ini.”

Paragraf di atas saya ambil dari tulisan Kompasianer Pepih Nugraha di Kompasiana tanggal 29 Agustus 2008 jam 16.12 dengan judul Pemerintah “Ngadalin” Rakyat.  Selain itu, di tanggal yang sama saya juga mendapati tulisan dari Kompasianer James Luhulima (Taman Lalu Lintas), F1 Zone (Refleksi Valencia), Adhi Kusumaputra (Reformasi Birokrasi dan Filosofi Orkestra), serta Budiman Tanuredjo (Problem Ekonomi jadi Faktor Penentu).

Dari mana saya bisa tahu?Apa saya stalking akun Kompasianer tersebut?Tentu tidak.Saya hanya kebetulan menemukan satu layanan mesin waktu internet.

Mesin waktu itu bernama INTERNET ARCHIVE dan beralamat di http://www.archive.org

Perpustakaan Digital

Di situsnya, layanan ini menyatakan diri sebagai :

“A non-profit library offering access to millions of free books, movies, and music, plus an archive of 400+ billion web pages.”

Jika dilihat dari halaman awal situsnya, sebenarnya ada banyak hal yang tersimpan di perpustakaan digital tersebut, tapi sejauh ini yang paling menyenangkan buat saya adalah mengetahui bagaimana sejarah perubahan tampilan sebuah situs sejak awal berdirinya hingga saat ini – meski tidak selalu memberikan hasil memuaskan.  Facebook contohnya, Internet Archive menolak menampilkan halaman facebook, begitupun friendster - setidaknya di masa-masa keemasannya.

Maka itu untuk contoh di sini saya menggunakan Kompasiana.

Langkah-langkahnya


  1. Buka situs archive yang alamatnya sudah saya tuliskan di atas, akan muncul tampilan sbb :

    [caption id="attachment_352287" align="aligncenter" width="600" caption="tampilan awal archive.org (screenshot)"]

    14245106131256737320

    [/caption]
  2. Masukkan alamat situs yang ingin kita telusuri sejarah tampilannya pada kotak di bawah ini :

    [caption id="attachment_352288" align="aligncenter" width="600" caption="ketik alamat situs yang diincar di bagian ini (screenshot)"]

    14245106631902852994

    [/caption]
  3. Akan muncul tampilan sbb :

    [caption id="attachment_352290" align="aligncenter" width="600" caption="timeline kompasiana di archive.org (screenshot)"]

    14245107131428299615

    [/caption]

    Pada gambar di atas terlihat bahwa Internet Archive sudah mulai merekam aktivitas di Kompasiana sejak tahun 2008 sampai sekarang (2015).  Sekarang jika kita perhatikan di bawanya ada kalender dari Januari sampai Desember sepanjang tahun itu.  Perhatikan lagi, di beberapa tanggal tertentu ada lingkaran berwarna biru, itulah saat dimana Internet Archive bekerja ‘menangkap’ aktivitas di Kompasiana.

  4. Sekarang kita menuju tahun 2008 saat Internet Archive mencatat aktivitas pertamanya di Kompasiana, tepatnya tanggal 2 September 2008 jam 05.02 sbb :

    [caption id="attachment_352294" align="aligncenter" width="200" caption="aktivitas kompasiana yang pertama kali tercatat, lengkap dengan jamnya (screenshot)"]

    14245108021179624073

    [/caption]
  5. Ketika lingkaran biru itu diklik, seperti inilah hasilnya :

    [caption id="attachment_352295" align="aligncenter" width="600" caption="wajah kompasiana 2008 (screenshot)"]

    1424510860508456827

    [/caption]

Tidak seperti apa yang diharapkan ya, saya tidak tahu apa sebabnya Internet Archive tidak bisa menangkap tampilan Kompasiana saat itu – hal yang sama terjadi pada salah satu web buatan saya kartikajaya-pusat.org yang di tahun 2011 justru menampilkan halaman default-nya CMS yang digunakan untuk membangun situs tersebut.

Tampilan seperti itu terus berlanjut hingga akhirnya mulai tahun 2010 saya mendapat informasi seperti apa wajah Kompasiana, ini dia :

[caption id="attachment_352296" align="aligncenter" width="600" caption="kompasiana 2010, mirip kompas.com (screenshot)"]

14245109321366266950

[/caption]

Kemudian tahun 2011 :

[caption id="attachment_352297" align="aligncenter" width="600" caption="kompasiana 2011, ada tulisan dari kompasianer bain saptaman dengan sepeda onthel yang menjadi ciri khasnya (screenshot)"]

1424510971531794988

[/caption]

Dan tahun 2012 :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline