Lihat ke Halaman Asli

Ryan Martin

Mahasiswa Kedokteran Gigi

Merdeka atau Mati! Mengulik Nilai Perjuangan dari Film "Battle of Surabaya", Apakah Aku Telah "Berjuang"?

Diperbarui: 20 Agustus 2021   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster film "Battle of Surabaya" (Sumber: http://battleofsurabayathemovie.com)

Pagi itu, aku terbangun dari tempat tidur sesaat setelah dering alarm handphone berdentang kencang. Kutatap layar yang penuh cahaya “ilahi” itu dengan wajah heran. Apa yang ada di notifikasi pesanku? Oh, ternyata pemberitahuan mengenai Hari Kemerdekaan Negeriku ini. Aku pun terduduk diam diatas tempat tidurku. Mengingat betapa cepatnya waktu telah berlalu. Tidak terasa sudah 76 tahun Negeri ini merdeka. Lepas dari tangan para penjajah. Lepas dari belenggu paksaan dan siksaan Negeri lain. Lepas bebas untuk menentukan masa depan anak cucunya. Namun apa yang telah aku lakukan untuk Negeri ini?

Hari masih pagi, namun kepalaku sudah dipenuhi dengan refleksi diri. Aku pun bergegas beraktivitas agar tidak semakin tenggelam dalam pikiran ini. Sikat gigi, mandi, membereskan tempat tidur dan duduk di hadapan komputerku. Aku berencana untuk mengerjakan tugas kuliah, namun pikiran itu pun datang kembali. Apa jadinya jika aku hidup di jaman peperangan? Apakah aku bisa bertahan hidup? Apakah aku mampu berjuang seperti para pahlawan Negeri ini? Disela lamunan pagiku, ibu memanggilku untuk sarapan. Sembari menyantap telur dadar, kami pun menyaksikan Upacara Bendera melalui televisi. Sungguh mengharukan jika kita ingat betapa banyak keringat dan darah para pejuang yang dicurahkan untuk mencapai titik ini. Berbicara mengenai perjuangan, terdapat satu kisah yang tidak pernah luput dari pikiranku. Pertempuran di Surabaya. Terdapat satu film karya anak bangsa yang dapat menceritakan kisah ini dengan apik dan aku rasa film ini baik untuk diperbincangkan.

Film itu berjudul “Battle of Surabaya”. Film yang disutradarai oleh Aryanto Yuniawan pada tahun 2015 ini, merupakan sebuah film animasi karya anak bangsa yang telah berhasil memenangkan piagam di International Movie Trailer Festival dalam kategori Most People’s Choice Award serta banyak piagam lainnya. Film ini mengisahkan perjuangan dari seorang pemuda usia 13 tahun, bernama Musa, dalam mengirimkan pesan rahasia dari pemimpin politik setempat kepada pimpinan militer untuk tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta tidak tunduk kepada penjajah yang sekali lagi berusaha menjejakkan kakinya di Negeri ini. “Battle of Surabaya” dapat menjadi rekomendasi bagi kalian yang menyenangi genre aksi, misteri dan perjuangan. Terdapat banyak tokoh bersejarah yang ditampilkan pada film ini dan salah satunya adalah Bung Tomo, yang merupakan pahlawan idolaku. Saya akan mencoba mengulas beberapa nilai berharga yang dapat saya ilhami dari film ini dan menjadikannya layak untuk ditonton oleh generasi muda. Nilai-nilai yang saya tulis adalah opini pribadi yang saya dapatkan setelah merefleksikan apa yang saya rasakan dan apa yang akan saya benahi. Semoga bermanfaat.

1. Perjuangan dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dalam bentuk apapun

Salah satu scene di film "Battle of Surabaya" (Sumber: http://battleofsurabayathemovie.com)

Plot yang diambil merupakan sudut pandang seorang pemuda berusia 13 tahun, yang menggambarkan bahwa perjuangan dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dalam bentuk apapun. Seorang Musa yang pada awalnya bekerja sebagai pembersih sepatu, memutuskan untuk ikut terlibat dalam misi sebagai kurir pengantar pesan rahasia, setelah beberapa musibah menimpanya. Tanpa jasa darinya, tentu komunikasi antar kubuh politik dan militer tidak akan terjalin dengan baik. Hal ini sangat relevan dengan “perjuangan” generasi muda saat ini. Perjuangan yang dimaksud mungkin tidak lagi dengan menggunakan senjata dan bambu runcing seperti yang digambarkan pada film ini. Perjuangan melalui karya dan kreativitas. Berjuang dalam terus menggali potensi diri guna mensejahterakan diri, masyarakat dan membanggakan Negeri ini.

Melalui proses pembuatan dan ditampilkannya film “Battle of Surabaya”, Indonesia telah menunjukkan “perjuangannya”. “Battle of Surabaya” merupakan salah satu film animasi terbaik karya anak bangsa yang tidak akan lekang oleh waktu. Film yang cocok untuk memperkenalkan sejarah perjuangan bagi anak-anak muda dan mengobarkan semangat nasionalisme mereka. Melalui film ini, Aryanto Yuniawan telah membuktikan ke mata dunia bahwa Indonesia juga mampu memproduksi film animasi berkualitas.

2. Kasih antar sesama manusia dapat mempersatukan

Salah satu scene di film "Battle of Surabaya" (Sumber: http://battleofsurabayathemovie.com)

Musa adalah seorang pemuda Indonesia yang telah kehilangan ayahnya. Ia sangat giat bekerja dalam membersihkan sepatu-sepatu pelanggannya di stasiun kereta. Di sana, ia bertemu dengan Yoshimura, yang merupakan salah satu jendral Jepang. Yoshimura telah memberikan sosok ayah bagi Musa melalui tindakan-tindakannya. Ia memperlakukan Musa selayaknya anak sendiri. Sayangnya, Yoshimura tewas terbunuh saat terjadinya pemberontakan.

Kepercayaan merupakan suatu hal yang didapatkan melalui tindakan, bukan dari latar belakang individu tertentu. Meskipun latar belakang yang berbeda, Yoshimura dan Musa dapat saling percaya melalui tindakan kasih satu sama lain. Nilai Kasih ini menjadi hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kasih, perbedaan pun dapat menjadi kesatuan, layaknya perjuangan para pahlawan yang memiliki berbagai latar belakang, namun tetap bersatu untuk memerdekakan Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline