Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

1. Rusman: Bagai Singa Lapar Menerjang Mangsa (c)

Diperbarui: 21 Juni 2019   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sri Aji terkejut ketika tiba-tiba saja tubuhnya seperti terseret oleh arus yang kuat. Tulang-tulangnya bagaikan patah karena genggaman tangan yang sangat kuat itu.

Tetapi Sri Aji telah memiliki ilmu olah kanuragan. Itulah sebabnya, maka ia pun seolah-olah digerakkan oleh nalurinya, menjatuhkan dirinya di atas tanah. Kaki yang ditangkap itu pun dihentakkannya, sedangkan kakinya yang lain telah menghantam dada orang itu.

Sekali lagi sebuah keluhan tertahan di kerongkongan orang bertubuh besar itu. Namun tangannya ternyata tidak melepaskan kaki Sri Aji. Bahkan dengan kekuatan yang luar biasa, orang itu mencoba memutar tubuh Sri Aji.

Sri Aji menjadi berdebar-debar. Ia sadar, bahwa ia berada dalam bahaya. Jika orang itu berhasil memutar tubuhnya dan menghantam batu sebesar kerbau di dekat parit itu, maka kepalanya tentu akan pecah karenanya.

Namun dalam pada itu, Sri Aji telah merasakan tubuhnya terangkat dan berputar perlahan-lahan, semakin lama menjadi semakin cepat.
Orang-orang yang menyaksikan hal itu menjadi cemas. Mereka tidak menduga, bahwa pada suatu saat Sri Aji akan lengah, dan kakinya berhasil ditangkap oleh lawannya yang mempunyai kekuatan raksasa itu.

Pamannya menjadi cemas melihat perkembangan perkelahian itu. Baginya, keponakannya adalah kebanggaan dalam olah kanuragan. Dan kini ia melihat kaki Sri Aji telah dapat ditangkap oleh lawannya dan mulai diputarnya. Jika pemuda raksasa itu berhasil membenturkan kepala keponakannya itu pada batu padas, maka kepala itu tentu akan hancur.

Dan orang-orang yang lain juga terasa tercekam jantungnya, sehingga semua orang yang menyaksikannya telah menahan nafasnya.
Ketika putaran itu menjadi semakin cepat, dan Sri Aji merasakan himpitan tangan lawannya menjadi semakin kuat, maka sadarlah Sri Aji, bahwa lawannya benar-benar akan membunuhnya. Kesadaran itulah yang kemudian telah menggelapkan pertimbangannya.

Sri Aji bukanlah orang yang murah hati, pemaaf, dan penuh dengan kerelaan berkorban untuk sesamanya. Ia adalah orang yang berada di bawah asuhan Ki Jala Sabrang yang mempunyai kebiasaan liar meskipun nampaknya suka bersabar.

Karena itulah, maka Sri Aji tidak mempunyai pilihan lain kecuali sebisa mungkin membunuh lawannya.

Ternyata seperti yang diduga, orang bertubuh besar itu memutar lawannya sambil mendekati batu-batu padas di sungai. Ia sudah bertekad untuk membenturkan kepala Sri Aji sehingga pecah.

Darah Ki Palang Sisir rasanya sudah berhenti mengalir. Bahkan ia sudah tidak dapat menahan hatinya lagi. Sambil menggeram ia melangkah maju, karena ia tidak akan membiarkan keponakannya hancur berkeping tanpa berbuat apa pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline