Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

Rusman: Wayang, Raden Yuyutsu-Kurawa Pencil (2)

Diperbarui: 9 Mei 2019   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raden Yuyutsu- Kurawa Pencil

Tapi bagi Sengkuni syarat yang disampaikan oleh Begawan Abiyasa itu bukanlah sesuatu yang aneh. Sengkuni percaya bahwa sang begawan tidak mungkin mengada-ada, apalagi ini menyangkut nasib dari garis keturunannya sendiri.

Maka sehari setelah tangisan kakaknya itu Sengkuni sengaja minta ijin kepada Pangeran Drestarasta untuk bisa berlama-lama dengan Kang mbok Dewi Gendari di kamar pribadinya.

"Antarkan aku pulang ke Gandara Dinda Sengkuni. Untuk apa kita berlama-lama hidup di sebuah negeri yang tidak menghargai kita sama sekali, "kata Dewi Gendari.

"Ampun kakang mbok dewi, bolehkah aku sedikit punya usul kepada kang mbok?" Tak ada jawaban, yang ditanya masih terbenam dalam kepiluan hatinya. Tapi bagi Sengkuni diam bisa dianggap setuju.

Maka begitulah Sengkuni mulai mengetrapkan keahliannya, yaitu menyusun strategi demi kebaikan calon keponakannya kelak.

"Percayalah kang mbok aku yang akan mengatur semuanya nanti, " katanya pelan, "untuk sekarang kakang mbok harus mengalah dulu. Ini demi kebaikan putra-putri kakang mbok sendiri."

Tetapi Dewi Gendari tetap diam, hanya air mata yang menjadi jawaban atas kata-kata adiknya. Dalam batin wanita ini merasa aneh, Hario Suman adiknya sendiri yang selama ini selalu menjadi tempat ia mengadu tentang kepedihan hati sekarangpun tiba-tiba tega terhadap dirinya.

Mengapa mendadak seisi dunia ini membenci diriku? Oh, aku kini dalam keadaan mengandung besar. Bayiku tak kunjung bisa aku lahirkan dan karenanya tak mungkin aku kembali ke Gandara tanpa suamiku. Tapi untuk tetap berdiam di istana keparat ini rasa-rasanya juga tidak mungkin.

"Aku tak kuat lagi Sumaan..!" lagi-lagi tangis Dewi Gendari terasa mengiris-iris batin Sengkuni. Lebih-lebih ketika dilihatnya kakang mbok nya itu jatuh terjerembak di bibir tempat peraduannya.

Maka bukan main gemparnya seisi istana utara. Tergopoh-gopoh semua orang datang dan mencoba menolong istri sang Drestarasta.

Bersambung di link berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline