Lihat ke Halaman Asli

Rusman

Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra

Rusman: Wayang, Di Kala Abimanyu Ragu

Diperbarui: 1 April 2019   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abimanyu rela mati oleh seribu panah

Sudah beberapa hari ini Abimanyu atau Angkawijaya bermuram durja. 

Ia sengaja menyendiri di dalam hutan dan hanya ditemani oleh Ki Lurah Semar beserta anak-anaknya. 

Hatinya resah, gundah, tapi pada bagian lain rindu kepayang pada seorang putri pujaan.

Adalah seorang wanita bernama Dewi Utari, putri kerajaan Wirata yang tidak lain juga kapernah eyang putri bagi dirinya. 

Tak tahulah kalau cinta sudah melekat tai kucingpun rasa coklat, kata almarhum Gombloh hehe...

Dan bagi Abimanyu itu adalah fakta, itu realita yang tak bisa dipungkiri sebab nyatanya Dewi Utari betapapun menariknya ia tetaplah wanita yang lebih tua dari pria yang menginginkannya. 

Magnet apa yang ada dalam diri wanita separuh baya itu sampai satriya sebagus dan sehebat Abimanyu tetap gandrung kepadanya.

Putra Arjuna itu bahkan berani berdusta bahwa dirinya masih jejaka padahal di rumah sudah ada Dewi Siti Sundari putri Prabu Kresna. 

Gila! memang gila si Abimanyu, lebih gila lagi saat Dewi Utari meragukan kejujurannya, terloncatlah sumpah dari mulut sang bagus, bahwa: "apabila saat ini aku sudah beristri maka kelak matiku akan terkena seribu panah."

Kontan saat itu Semar yang sedang liyep-liyep tidur sendhepe di bawah pohon kamal pandhak, seketika geregah.. seperti terkena tiupan lesus batinnya. 

Sang pemomong sejati bagaikan terpanggang api jiwa dan sanubarinya saat satriya momongannya berdiri di bibir jurang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline