Lihat ke Halaman Asli

Rusnani Anwar

Communication Strategist

Logika

Diperbarui: 24 November 2015   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Logikanya, kita bisa menghindari fase jatuh cinta”

Rima membolak balik buku yang baru dibacanya. Perkara logika.

“Oh ya? Gimana caranya?” lelaki di depannya mencecar, keduanya tengah mengunyah dalam jeda istirahat makan siang

“Ya, semua kendali itu ada di otak. Kita bisa mengatur bagaimana ingatan ingatan indah itu agar tidak masuk ke sistem limbik, amigdala dan hippokampus untuk kemudian menghentikan otak mengeluarkan endorfin, serotonin, dopamin dan sebagainya”

“Dengan berkurangnya fokus kepada hal hal indah itu tadi, memori akan memprosesnya sebagai short term memory sehingga misalnya, wajah kamu, hal hal romantis yang kamu lakukan akan mudah dilupakan layaknya kejadian kejadian kecil seperti.. minggu lalu jam duabelas siang kamu ngapain, ga ingat kan? Soalnya itu short memory. Gitu”

Dimas menyeruput jus alpukatnya

“Inget ah, minggu lalu jam duabelas kita pergi ke pameran foto”

Rima tertawa kecil

“Itu berarti kamu memproses memorinya ke folder long term memory tuh. Setiap ingatan yang masuk ke dalam long term memory memiliki kausal kunci. Misalnya, kalau kita ke Amerika dan nanya mereka sedang apa pada saat 11/9, mereka akan ingat betul meski hanya sedang memasak di dapur. Kausal kuncinya adalah kejadian besar itu” Rima mengoceh sambil mengaduk es teh tawarnya

“Kausal kuncinya pasti.. aku kaaann” lanjutnya

Dimas tersenyum dan melanjutkan kunyahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline