Lihat ke Halaman Asli

Rushans Novaly

TERVERIFIKASI

Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Menguak Sisi Lain Munir

Diperbarui: 7 Desember 2018   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tokoh pejuang hak asasi manusia, Munir Said Thalib (Kompas/Iwan Setiyawan )

Adalah kasus kopi ber-sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin yang membuat saya tertarik dengan kasus pembunuhan menggunakan zat kimia mematikan. Kasus pembunuhan menggunakan racun memang bukan barang baru.

Di dunia internasional pembunuhan menggunakan racun biasanya dilakukan terhadap lawan politik hingga melenyapkan agen rahasia yang berkhianat.

Kasus terbesar yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus pembunuhan Munir diatas pesawat Garuda tujuan Belanda. Munir yang dikenal sebagai aktivis HAM yang pernah memimpin KontraS pada masa orba. Munir dinyatakan tewas pada 7 September 2004 diracun menggunakan zat arsenik dengan dosis yang cukup membunuh tiga orang sekaligus.

Saya sendiri awalnya tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang kasus pembunuhan Munir. Saya berusaha mencari bahan pustaka yang berhubungan dengan kasus ini. Walau akhirnya saya lebih tertarik dengan sosok Munir. Yang menurut saya lebih pantas diungkap dari sisi  berbeda.

Saya tak hendak memuji muji sang penerima The Human Rights Livelihood Award pada tahun 2000 ini, saya juga tak ingin menafikan apa yang telah dilakukan pria keturunan Arab yang telah yatim sejak SD ini.

Mungkin sudah banyak artikel yang mengungkap sepak terjang Munir ketika berjuang menegakkan HAM, membela buruh hingga membongkar kasus kekerasan dan penghilangan aktivis pada rezim orde baru.

Saya tak akan mengupas sepak terjang Munir pada era itu. Saya akan menuliskan tentang Munir sebagai pribadi. Sebagai manusia pada umumnya.

Karena saya melihat sebuah nilai positif yang ada pada diri Munir. Memang Munir bukan orang sempurna. Kebencian sebagian pihak terhadap tokoh ini juga mungkin masih ada. Pihak yang merasa terusik dan terganggu dengan sepak terjangnya.

Munir, Pria keturunan Arab bernyali yang tak kenal rasa takut

Mengenai keberanian yang ada pada diri Munir sudah terbentuk jauh sebelum Munir menjadi seorang aktivis HAM. Munir lahir dari keluarga Arab. Ayahnya bernama Said berasal dari Arab Saudi yang kemudian tinggal di Indonesia lalu menemukan jodohnya seorang wanita keturunan Arab yang berasal dari Banjarmasin bernama Jamilah.

Munir lahir dari keluarga besar, bersaudara tujuh orang dan sudah terbiasa hidup mandiri karena harus bekerja dipasar menunggui kios sepatu milik keluarga. Setiap malam Munir harus berjualan bersama sang adik, Jamal yang kebagian membawa lampu petromaks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline