Lihat ke Halaman Asli

Rulin Dwi Wahyuningsih

Guru dan Penulis

Sampah, Gaya Hidup Berkelanjutan dan Pendidikan Karakter

Diperbarui: 21 Januari 2023   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. MTs Negeri 1 Sampang (Pembuatan Ecobrick)

Dok. MTs Negeri 1 Sampang (Pemanfaatan sampah plastik menjadi bata ringan)

Masalah sampah selalu menghantui kehidupan manusia dari zaman dahulu hingga sekarang. Beragam upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah sampah. Mulai dari imbauan membuang sampah pada tempatnya hingga berbagai alternatif pengolahan sampah, baik sampah organik maupun anorganik. Akan tetapi semua upaya tersebut tampaknya belum memperoleh hasil yang maksimal. Kesadaran masyarakat untuk bijak memperlakukan sampah masih sangat rendah. Tumpukan sampah masih terlihat di mana-mana, di selokan, di sudut jalan, dan bahkan bertaburan di tempat-tempat umum.

Setiap musim penghujan, luapan sampah muncul dari sungai-sungai kecil dan selokan yang meluap dan bertebaran di jalan. Hal ini terjadi karena masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai atau selokan. Pertanyaannya adalah mengapa hal tersebut masih terjadi? Jika dikaji lebih dalam lagi, tentu saja banyak faktor yang melatarbelakanginya, di antaranya adalah karena kesadaran masyarakat masih rendah dalam menyikapi sampah, kurangnya perhatian dan kepedulian terhadap lingkungan, buruknya manajemen pengelolaan sampah, dan banyaknya produk yang menghasilkan sampah.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran menjaga kelestarian lingkungan, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan inovasi dengan memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum di setiap tataran pendidikan.  Dengan memasukkan tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" pada Kurikulum Merdeka diharapkan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan yang dimulai dari kalangan pelajar semakin meningkat.  Tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" yang menjadi salah satu muatan Kurikulum Merdeka sangat penting karena para pelajar adalah generasi penerus masa depan. Jika para pelajar sudah terbiasa dengan gaya hidup berkelanjutan sejak dini, kelestarian lingkungan di masa mendatang akan terjaga.

Di tingkat TK, kesadaran membuang sampah pada tempatnya harus sudah ditanamkan dan menjadi kebiasaan yang melekat. Para guru dan orang tua harus selalu mengingatkan agar anak-anak selalu membuang sampah pada tempatnya. Akan lebih baik lagi jika anak-anak mulai diajarkan memilah sampah organik dan anorganik, yaitu dengan menyiapkan tempat sampah khusus di sekolah atau di rumah.

Pada jenjang SD, kesadaran terhadap lingkungan perlu ditingkatkan lagi, bukan hanya menjaga lingkungan rumah dan sekolah saja tetapi dengan jangkauan yang lebih luas. Hal yang dapat dilakukan misalnya mengadakan kerja bakti secara terjadwal di lingkungan sekitar sekolah, melakukan penanaman pohon, mengolah sampah organik menjadi pupuk, dan lain-lain.

Pada tataran sekolah menengah (SMP dan SMA), kesadaran lingkungan dapat diperluas lagi jangkauannya, misalnya mengadakan kerja bakti peduli alam di daerah sumber air, hutan wisata, pantai, dan  lain-lain. Selain itu, kegiatan pengolahan sampah menjadi produk yang bernilai jual juga dapat dilakukan, misalnya dengan mengadakan kegiatan inovasi pengelolaan sampah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline