Lihat ke Halaman Asli

Redup

Diperbarui: 29 Januari 2021   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hidupku terasa tak indah lagi." Ratih bergumam dalam hatinya Semenjak dia memutuskan meninggalkan ibunya seorang diri di rumah kumuh peninggalan ayahnya. "Maafkan aku Ibu, aku harus kerja di kota." Dia kembali bergumam dengan perasaan penuh kerinduan.

Dia rindu saat Ibu mengusap-usap kepalanya. Dia merasakan kasih sayang Ibu yang luar biasa pada dirinya. Dia rindu saat makan nasi sepiring berdua dengan campuran sebungkus mie instan 1000. Ibu separuh baya itu  menyuapinya lebih banyak dari menyuapi dirinya sendiri. Air mata kedua penghuni rumah kumuh itu tumpah menerima kenyataan hidup.

Wanita berkulit putih dan berparas manis memiliki mimpi yang besar. Dia  bermimpi ibunya bisa hidup lebih baik. bisa membayar semua utang Ayah. Tak lagi di hina dan pusing dengan  urusan tagihan utang yang datang menyakiti hati ibu. Tiap saat orang kaya itu memperlakukan mereka seolah  bukan manusia. Ibunya  tak pernah lagi merasakan bahagia yang seutuhnya.

Setahun telah berlalu, wanita berijazah SMA itu terlihat agak kurusan karena siang dan malam harus bekerja sebagai pembantu koki di sebuah restoran besar yang buka 24 jam. Di akhir bulan Ramadhan wanita pekerja keras itu mendapatkan cuti kerja. Dia beniat kembali ke rumahnya di kampung. Dia membelikan ibunya baju baru dan makanan yang enak. Dia berlari menuju pintu rumah yang sudah terkunci sejak lama. Semua telah terlambat. Dia hanya bertemu  dengan sepucuk surat cinta  tulisan tangan ibunya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline