Museum Kereta api
Seperti yang sudah pernah saya sampaikan diawal ,diary ini ditulis bukanlah berdasarkan catatan dari buku. Diary ,melainkan hanya berdasarkan daya ingat. Sehingga hasilnya "diary " ini tidak tampil secara sistematis,serta tidak tertata apik.
Karena itu saya sangat berterima kasih para sahabat kompasianer masih menyempatkan untuk membaca setiap artikel yang saya tayangkan.
Sudah lama kami berencana ingin mengunjungi museum kereta api yang lokasinya lebih kurang 45 menit berkendaraan dari tempat tinggal kami. Tapi karena berbagai alasan selalu tertunda . Persis sewaktu kunjungan adik kami Margaretha bersama suaminya Sandro ,yang domisili di Padova,Italia maka kami berencana kesana Ternyata Museum Albion Park ini ditutup untuk umum karena sedang direnovsi..
Biasanya orang Australia ketat sekali mengenai aturan Tidak ada "dispensasi" Tapi hari itu merupakan sebuah kegembiraan bagi kami ,karena merupakan satu satunya group yang diterima .
Saya, suami dan adik serta ipar saya diizinkan untuk masuk .Sebenarnya museum ditutup sejak minggu lalu baru akan dibuka sebulan lagi. Tetapi karena adik saya yang berlibur dari Italia akan berangkat minggu depan,maka kami mencoba untuk bisa mengunjungi Museum dan ternyata kami diterima.
Awalnya Richard yang merupakan manager operasional di sana bertanya kepada suami :” Why do you very interest to visit the Museum?” Yang dijawab suami akan ditulis di Kompasiana mengenai Musium di Australia agar bisa dibaca orang Indonesia. "Oh I Know Kompas."
Rupanya pertanyaan itu bukan basa basi,karena Richard mempersilahkan kami masuk. Sambil berkata :"Hanya group anda yang boleh masuk hari ini karena anda akan menulis tentang kami,saya sangat menghargainya."
"Sorry I only have 1 hour for You " kata Richard .Suami berkata "Okay Richard one hour is more than enough"
Lokomotif pertama
Maka kami mendapatkan penjelasan sebagai berikut :