Lihat ke Halaman Asli

Surobledhek

Cukup ini saja

Puisi | Marginal

Diperbarui: 1 Februari 2019   06:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Oleh ROPINGI

Angin berhenti berhembus, karang ikut lemas tak berderak
Kelomang sembunyi dalam cangkang, malu
Saat bulan penuhi genggamku menyerah pasrah
Membiarkan jingga purnamanya kutelan mentah-mentah

Bukan salah, jika rindu membanjiri isi perutku
Bukan salah, jika pekatnya malam enggan menyapa siang
Untuk teriakan nyaring membentur karang tajam
Semua girang, lalu menari-nari sambil telanjang

Baju yang diberi tidak pantas dipasangkan pada semua orang
Tapi mengapa, malah bertabur pajangan umbul-umbul di pinggir jalan?
Lalu jadi keset untuk sepatu-sepatu di depan pintu orang-orang berdasi biru
Semua tau, salahku adalah ketika piring-piring kotor sisa makan malam berserak dirubung semut akhir tengah malam

Sebentar lagi, pesta indah akan segera berhenti
Ketika lantai dansa basah, banjir muntahan nanah-nanah cinta memerah bercampur darah
Saat itu kita akan tau, barah di kepala meledak dalam kota yang dulu tidak pernah mengira pesta di kafe tua meninggalkan sisa
Aku akan jadi saksi, mustahil aku pungkiri

Malam kembali sepi
Kemudian angin akan bertiup kencang
Teriakan kita takkan lagi membentur karang
Dan ...
Semua diam, asyik nikmati indahnya tubuh gadis perawan gentayangan

Tanah Bumbu, 1 Februari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline