Judi Online, Pinjol, dan Pay Later: Jerat Ekonomi yang Dibiarkan Hidup oleh Negara
Pendahuluan: Ketika Nyawa Dikorbankan oleh Utang
Suatu pagi yang muram di Kabupaten Bandung, seorang pria bernama YS harus menghadapi kenyataan pahit. Ia terjerat utang judi online yang jumlahnya tak lagi bisa dibayangkan. Semua harta nyaris habis, keluarganya berada di ambang kehancuran, dan kondisi mentalnya memburuk hingga harus ditahan di rumah. Kesaksian tetangga, yang dimuat oleh BBC Indonesia, memperlihatkan betapa besar dampak dari perjudian digital yang selama ini kerap diremehkan.
Kisah YS bukanlah kisah tunggal. Dalam dua tahun terakhir, kita mendengar berulang kali tragedi bunuh diri keluarga akibat tekanan utang, baik dari pinjaman online maupun dari kerugian bermain judi daring. Dari Malang hingga Ciputat, dari kampung-kampung hingga kota besar, pola yang sama terus berulang: utang tekanan rumah tangga depresi bunuh diri.
Pertanyaan besar pun muncul: mengapa praktik predatoris ini masih dibiarkan hidup di negeri yang katanya menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya?
Judi Online: Industri Gelap yang Menelan Nyawa
Pemerintah berkali-kali mengklaim telah menutup ratusan ribu situs judi online. Namun, seperti jamur di musim hujan, situs baru selalu muncul kembali. Aliran dana dari judi online tidak main-main: menurut data PPATK, nilainya mencapai ratusan triliun rupiah setiap tahun. Itu angka yang setara dengan sebagian besar APBN sektor pendidikan.
Ironisnya, yang disorot justru para pemain kecil. Mereka yang ketagihan, kalah, lalu nekat berutang. Padahal, yang mengendalikan bisnis ini adalah bandar besar lintas negara, yang menggunakan celah regulasi dan teknologi untuk mengeruk keuntungan. Sementara aparat tampak gagap atau---lebih buruk lagi---terkesan menutup mata.
Akibatnya, judi online bukan lagi sekadar persoalan moral, melainkan masalah ekonomi nasional yang menghancurkan rumah tangga, merusak mental generasi muda, dan memicu kriminalitas.
Pinjaman Online: Utang dengan Bunga Mencekik
Jika judi online ibarat candu, maka pinjaman online adalah racun yang melengkapi penderitaan. Banyak orang yang kalah berjudi lari ke pinjol untuk menutup kerugian. Tetapi pinjol sendiri menjelma jerat baru.