Lihat ke Halaman Asli

Menyapa Jati di Hutan Donoloyo

Diperbarui: 2 Juni 2019   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Keberadaan saya di hutan Donoloyo pada Jum'at siang-11 Januari 2019 kemarin-usai sholat disebuah masjid di Purwantoro hanyalah sekedar napas tilas. 

Sekitar pertengahan 2008 saya bersama rombongan dari Solo mengantarkan sepasang pengantin yang baru menikah kembali ke Ponogoro Jawa Timur-mereka akhirnya menetap disana. 

dokpri

Usai acara dan kembali, salah seorang dari kami mengapungkan hasrat ingin mengetahui keberadaan hutan Donoloyo yang legendaris. Legendaris? Buat masyarakat Soloraya, Donoloyo merupakan ikon tersendiri serta tarikan sejarah.

Siang itu, langkah kakiku menyusuri beberapa jengkal tanah yang dulu pernah tergores. Sunyi, sesekali kicau burung memercik berdentingan. Setelah sebelumnya beringas motorku membelah jalan yang memotong tajam ditengah hutan penghubung dua bebunyian dusun. 

Ada hirupan kenang menatah pikiran. Jejeran tonggak jati menyiratkan guratan periode waktu. Sejarah tanah jawa mampir ikut tercetak dikawasan hijau ini. Kalau dilihat gurat dibeberapa tonggaknya menyimpan cerita unik.

dokpri

Pandanganku menyisir aneka pernik yang betebaran tanpa perintah. Nuansa kecoklatan, kehitaman, bersekutu dengan aroma segar kehijauan menumpuk berpelukan.Gemerisik dedaunan meletup lirih efek sepakan sang bayu berbasis suara alam. 

Daun jati tampil apa adanya. Ada yang berlubang, terkikis pinggirnya menjadi makanan serangga. Tetabuhan guntur dilangit selatan bertingkah cadas manakala langkah kakiku beradu dengan tanah lembek. Hujan kemarin mengakibatkan tanah berubah daya. Menjadi lumpur merupakan keniscayaan, itu jika tapak sepatumu menekan diatas. 

Aku jongkok dengan satu dengkul menyentuh tanah. Mengamati dari dekat sebuah pohon jati tumbang dengan lubang mengangga. Tapak tangan mengusap pelan, mencoba merasakan derita dari masa yang telah ia lewati. Tua. Serangga aneh hinggap mendekat. Tak ada takut.

dokpri

Hutan Donoloyo bagi para pemilik usia tua serta penggemar akan cerita-cerita masa lalu selalu menarik untuk dibicarakan. Benarkah? Yap, Hutan Donoloyo pasti dihubungkan dengan sejarah masa lampau, diantaranya keberadaan Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Almarhum ibu saya, dulu ketika kami masih kecil mempunyai kebiasaan bercerita. 

Nah, diantaranya hubungan antara karaton Surakarta dengan hutan Donoloyo. Lewat pituturnya, ternyata kayu untuk membangun Karaton diambil dari hutan Donoloyo.Tak aneh hal-hal mistis menyelubungi diantara mereka. 

Konon, setiap tonggak jati mempunyai "pengawal". Maka tak heran, ketika pihak karaton mau menggunakannya harus diawali dengan ubo rampe sebelum menebangnya. Sesaji adalah pasti. Ibarat transaksi dipasar, ada uang ada barang. Begitupun dalam hal tersebut.

Hal sama juga dilakukan pihak Mangkunegaran tatkala membangun Pendopo Mangkunegaran di masa Mangkunegoro II tahun jawa 1731 atau 1804 Masehi. Kayunya diambil dari pohon jati hutan Donoloyo dalam bentuk gelondongan utuh dibawa melalui sungai bengawan Solo.

dokpri

Konon, dalam perang kemerdekaan mempertahankan Republik Indonesia, perang gerilya yang dicanangkan Jenderal Soedirman membawa pasukannya hingga sampai hutan ini. Menjauhi pusat pemerintahan di Jogjakarta karena class ke II.

Taktik perang ini merupakan siasat beliau agar eksistensi republik ini menyala abadi. Sambil menghindari incaran pesawat terbang Belanda yang mencoba membabat habis gerilyawan TNI(Tentara Nasional Indonesia). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline