Lihat ke Halaman Asli

Pantai Kalimirah, "Perawan" di Pesisir Wonogiri

Diperbarui: 23 Mei 2018   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Sebuah agitasi berloncatan didalam benak, mirip pukulan stik menghantam senar drum, berulang-ulang, "Motormu lama tidak kau ajak ke wilayah selatan. Nggak kangen? Kembalilah pada jelajahmu. Barisan karang serta sensasi jalan makadam berharap kau sambangi".

Sabtu pagi, di akhir bulan April 2018 menjadi keputusanku untuk menggeber motor 4 tak menuju selatan kota, sebuah kabupaten tetangga yang terkenal dengan sebutan kota Gaplek. Kenapa harus ke kota itu? Bukankah lainnya lebih menarik?

Banyak sebab kenapa saya ingin mengunjunginya kembali. Padahal, sudah puluhan kali menjajahnya. Di antara sebab itu adalah, telapak kaki saya lama tidak dijilati lidah ombak dan ingin merasakan kembali gelitik butiran pasir diujung syaraf kaki.

Ya, saya ingin mengunjungi pantai Nampu. Kenapa kesana? "Karena jaraknya dekat-90 km. Disamping itu, jika diperjalanan berubah pikiran bisa berbelok ke pantai Banyu Tibo atau pantai Buyutan". Keduanya masuk wilayah kabupaten Pacitan.

Dok. Pribadi

Motor dihidupkan. Melajulah saya sendirian berselempang tas kecil berisi power bank, kabel charge dan HP. Ban berputar merambah bidang jalan yang menghubungkan kota Solo-kabupaten Sukoharjo dan kabupaten Wonogiri.

Jalannya sudah mulus-cuma, disekitar ruas Krisak ada aktivitas pelebaran, mesin backhoe meremukkan pinggiran mengeruk material tanah. Jejeran pohon yang berada dikiri kanan beberapa ditebangi. Biasanya adem karena rindang sekarang panas-dampak pembangunan.

Dok. Pribadi

Tepian waduk Gajah Mungkur saya lewati, di kejauhan air tampak melimpah-ditingkahi perahu bermanuver menyisakan riak-kalau dilihat kadang berwarna biru, hijau, coklat atau perpaduan antara warna itu.

Kehidupan di kabupaten ini saya rasakan tenang. Masyarakatnya low profile. Wilayahnya terbentang seluas, 1.822 km persegi dengan populasi 928.904 jiwa (wikipedia.org), hutan dan pegunungan karst betebaran membekap dalam. Jadi, selama susuri wilayah ini, kita akan disuguhi pepohonan di banyak tempat serta perbukitan.

Wangi tubuhku akhirnya memasuki wilayah Pracimantoro dilanjut menusuk Giritontro sampai akhirnya melesak ke Paranggupito. Menjumpa pertigaan dengan sebatang plang terpancang: pantai Sembukan-pantai Nampu.

Dok. Pribadi

Seperti yang saya utarakan di atas, pantai Nampu saya ambil. Ruas jalannya menantang untuk dilalui. Turun naik khas pegunungan seribu. Dibelakang saya ada sepasang muda-mudi menguntit. Prediksi saya mereka akan satu tujuan, ke pantai.

Desa Gudangharjo bersedekap menunggu untuk dilintasi. Dan saya sudah menyapanya dari kejauhan. Pandangan mata disuguhi suasana sepi. Muda-mudi itu belum mau menyalip. Sebuah papan kecil berwarna biru dengan tulisan PANTAI KALIMIRAH memaksaku mengubah tujuan. 

Rem mendadak aku injak. Sepasang anak muda itu kaget, reflek ngerem juga, dan lolos dari insiden. Mereka tetap melaju, sedang saya balik badan untuk mencari tahu tentang nama itu. Memasuki gapuro desa sebagai koridor untuk mencari keberadaan Kalimirah. Deretan rumah penduduk menampilkan keheningan. 

Waktu segini pastinya mereka ada di alas (hutan). Beberapa halaman rumah ditaburi hamparan kacang tanah dijemur diatas terpal bambu.

Pintu-pintu terbuka dengan memperlihatkan beberapa perabotnya. Semakin masuk ke perkampungan kian memaksa pandangan dipertajam pikiran diperkencang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline