Lihat ke Halaman Asli

Rofinus D Kaleka

TERVERIFIKASI

Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

(Sang Motoromo Wona Kaka) Bayi Motoromo

Diperbarui: 19 Agustus 2019   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Fajar mulai merekah ketika Rangga Mone tiba di Pharona. Pharona, bahasa ibu orang Kodi, adalah sebutan untuk kampung adat atau desa adat. Nama Pharona Rangga Mone adalah Mbukubani. Muda Kondo juga warga Mbukubani. Pati Mete warga Pharona Lamete. 

Sedangkan Loghe Kanduyo dan Kanda Katupu warga Pharona Pharona Tohikyo. Kampung-kampung adat ini berdekatan dan mempunyai hubungan sejarah yang sangat kental. Posisi kampung-kampung adat ini di daerah pesisir pantai.

Suasana Mbukubani masih sejuk dan lengang. Warga pada rumah-rumah adat yang ada sudah mulai sibuk. Para lelaki sedang siaga mengeluarkan kerbau dan kuda peliharaannya dari kandang untuk merumput. Para perempuan sibuk memberi makan babi dan ayam. Sementara yang lain membuat perapian di dalam rumah untuk memasak.

Sementara rumah Rangga Mone sendiri masih sepi. Belum ada tanda-tanda keluarganya sudah bangun dari tidur. "Mbuku ... Mbuku ... Mbuku ... bangunlah. Matahari sudah terang. Saya bawa ikan banyak. Doamu sangat manjur," sapa Rangga Mone kepada isterinya. Namun tidak ada sahutan balasan. Mbuku adalah panggilan halus Tari Mbuku, isterinya.

Anak-anaknya segera bangun karena mendengar suara ayah mereka. "Di mana ibu kalian," tanya Rangga Mone.

"Tadi malam, setelah ayah berangkat ke laut, ibu dijemput oleh Raya Kedu. Katanya, isteri Raya Kedu mau melahirkan," kata salah seorang anaknya.

Tari Mbuku memang dikenal di wilayah itu sebagai dukun bayi yang sangat piawai menolong ibu-ibu yang melahirkan. Termasuk ibu-ibu yang mempunyai bayi sungsang.

"Ooohhh! Baik sudah. Ayooo, supaya cepat, mari bantu ayah mengurus ikan-ikan ini," pinta Rangga Mone. Mereka pun memasak bersama-sama.

Setelah sarapan, Rangga Mone pamit kepada anak-anaknya untuk berangkat ke rumah Raya Kedu. Tampak terburu-buru. Bukan karena cemburu atau khawatir kalau Tari Mbuku akan digodai Raya Kedu atau laki-laki lain.  Tapi karena Raya Kedu adalah sahabat karibnya dan ia ingin segera tahu bagaimana dengan keselamatan bayi yang lahir itu.

Hanya dengan sekali lompatan, Rangga Mone sudah duduk tegap di pelana punggung kudanya. Ia memacu kudanya ke arah selatan. Mampir sebentar di Pharona Lamete dan Tohikyo, untuk mengajak teman-teman pancingnya semalam, yang juga adalah teman-teman Raya Kedu. Mereka bersama-sama berangkat menunggang kuda masing-masing. Kecuali Loghe Kanduyo yang tidak sempat ikut.

Setelah hampir satu jam berguncang-guncang di atas punggung kuda, Rangga Mone dan teman-temannya sudah memasuki pintu pagar Pharona Bhongu. Mereka segera turun dari punggung kuda dan menambatkan kuda mereka di bawah pohon di area Pharona. Kemudian mereka melangkah menuju rumah Raya Kedu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline