Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Mencari Hilal: Tontonan Sekaligus Jadi Tuntunan Film Berkelas

Diperbarui: 6 Juli 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Salah satu adegan berkesan dalam Mencari Hilal ketika Heli menawarkan air kemasan untuk berbuka ayahnya (sumber foto: dokumentasi pribadi/ www.roelly87.com)"][/caption]

MENJELANG Hari Raya Idul Fitri ini, banyak film lokal yang menyerbu layar bioskop di Tanah Air. Utamanya yang bergenre religi dan komedi yang diharapkan bisa menggaet banyak penonton. Sebagai penikmat film, saya berharap “gempuran” film lokal ini mampu bersaing dengan keluaran Hollywood. Jangan sampai, ketika kita keluar dari teater, ingatan tentang film karya anak negeri meluap begitu saja. Klise: Ditonton untuk bersenang-senang dan terlupakan begitu saja.

Salah satu film lokal yang mampu membuat saya bergidik adalah Mencari Hilal. Entah kenapa, beberapa jam setelah keluar dari bioskop, film yang disutradarai Ismail Basbeth itu masih membekas. Entah momentumnya bertepatan dengan Ramadan, atau memang filmnya yang memang berkesan hingga membuat saya tergugah.

Padahal, awalnya saya tidak begitu tertarik ketika melihat trailernya yang “terkesan biasa saja”. Yaitu, mengenai perjalanan ayah-anak untuk mencari hilal untuk penentuan Idul Fitri.

Bahkan, yang membuat saya penasaran bukan karena isi cerita atau pesan dari film tersebut. 

Melainkan keberadaan pameran utama yang diperankan Oka Antara sebagai Heli dan Deddy Sutomo (Mahmud). Korelasi keduanya jelas. Karena, mereka sama-sama membintangi salah satu film fenomenal sepanjang sejarah perfilman Indonesia, The Raid 2: Berandal.

Namun, benar kata pepatah. Tak kenal maka tak sayang. Alias, saya harus menyaksikannya langsung hingga habis baru boleh mereviewnya. 

Saya beruntung akhirnya bisa menyaksikan Mencari Hilal. Bahkan, lebih dulu dibanding penonton lainnya karena mendapat undangan eksklusif dari rekan blogger Ahmed Tsar untuk menyaksikan premiere Mencari Hilal di XXI Pejaten Village, Minggu (5/7).

FILM dibuka dengan kisah Mahmud, pedagang toko kelontong, yang sangat giat beribadah. Dia tidak pernah lalai menunaikan salat wajib dan sunah. Hanya, sebagaimana manusia, Mahmud pun tak lepas dari salah. Yaitu, ketika dia dituding lalai menjaga istrinya yang sakit hingga akhirnya meninggal. Ini mengingatkan saya pada kisah "Robohnya Surau Kami" dari AA Navis.

Hal itu yang tidak dimaafkan putranya, Heli. Bahkan, saking bencinya, Heli tidak terlalu peduli dengan kondisi ayahnya itu. Hingga, situasi itu berubah ketika keduanya berkelana untuk mencari hilal. Meski, niat awal Heli mengikuti sang ayah demi memuluskan keinginannya membuat paspor yang akan menerbangkannya ke Nikaragua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline