Lihat ke Halaman Asli

Pelajari Organic Layering untuk Mitigasi Ancaman Kebakaran Hutan Indonesia Tahun 2023

Diperbarui: 9 Juni 2023   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Wandi Septiawan; Kompas.com)

Siapa yang merasa akhir-akhir ini suhu bumi memanas? Atau ada yang sudah menemukan informasi "Suhu Bumi Naik 1,2 Segera Gunakan Sunscreen dengan Optimal!". Nah, fakta terkait data tersebut memang benar adanya, BMKG Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2023 ini, kita akan mengalami kemarau panjang yang disebabkan oleh El Nino. 

Peristiwa El Nino dapat memicu kenaikan gelombang panas seperti yang sedang terjadi saat ini, dimana suhu bumi mengalami kenaikan sebesar 1,2 dari suhu awal. Namun ketahuilah, gelombang panas ini tidak hanya mengancam kulit kita, tetapi juga sumber kehidupan kita sang paru-paru dunia. Sebab, kondisi kemarau panjang akan memicu lahan hutan terutama daerah gambut menjadi kering dan gersang (dampaknya sangat mudah terbakar saat tersulut api). Terutama pada hutan yang mengalami perubahan tutupan lahan antropogenik.

Nah, dampak dari kebakaran hutan sendiri, bukan tentang asap menyeruak kemana-mana, atau kematian hewan dan tumbuhan serta kemunculan penyakit pernapasan. Tetapi juga mampu menghilangkan produktivitas hutan. Hal tersebut dikarenakan tanah pada lahan hutan yang telah terbakar biasanya memiliki komposisi yang berbeda dari sebelumnya, seperti kekurangan unsur karbon organik dan nitrogen serta memiliki pH yang tinggi, sehingga karakteristiknya cenderung gersang. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya unsur hara dalam tanah. Maka dari itu, sulit untuk memulihkan lahan hutan agar bisa fungsional kembali, dalam waktu singkat.

Kabar baiknya, telah ditemukan metode rehabilitasi hutan terbaru yang efektif menyuburkan kembali kondisi tanah dalam waktu singkat, oleh Tim Rehab Hutan BADAK LNG. Yaitu melalui metode organic layering. Pengertian dari metode ini sendiri adalah salah satu metode penyuburan tanah ultisol dengan mengaplikasikan limbah non B3 pada permukaan tanah. Dalam penerapannya, metode ini memanfaatkan proses komposting untuk mendifusikan C-organik dan Nitrogen secara vertikal ke dalam tanah.

(a)

(Harsono, dkk., 2021)


(b)

(Mukti, R., 2023)

Jadi dalam prosesnya metode penyuburan tanah yang satu ini, akan membuat bedengan pada lahan tanah yang sudah dibersihkan dari gulma/tanaman penganggu. Berikutnya menaburkan limbah organik setinggi 20 cm di atas bedengan. Jenis limbah organik yang digunakan itu ada potongan ranting, potongan rumput, dedaunan, limbah buah dan sayur serta kompos. Susunan penaburan jenis limbahnya dapat dilihat pada Gambar (b). Untuk mempercepat proses pengomposan limbah organik, jangan lupa untuk menambahkan starter berupa EM4.

Selama menunggu tanah siap ditanami kembali, sebanyak 2x dalam seminggu bedengan tersebut diberi EM4 dan disiram menggunakan air (penyiraman oleh air ini berfungsi untuk menurunkan suhu limbah organik yang telah dikomposting agar mikroorganisme pengurainya tidak mati. Di minggu ke-4 bedengan sudah bisa ditanami tumbuhan. Dari hasil penelitian Tim Rehab Hutan BADAK LNG diinformasikan bahwa tanaman berhasil tumbuh dengan baik di lahan tersebut. Waktu yang digunakan untuk merehabilitasi lahan hutan juga menjadi lebih singkat, karena dapat siap dalam kurun waktu 4 bulan. Berbeda dengan biasanya, yang perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa pulih kembali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline